STOCKWATCH.ID (JAKARTA) –– Pipeline pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih terus bertambah hingga awal September 2025. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengungkapkan sampai 4 September 2025 sudah ada 22 perusahaan resmi melakukan Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO) saham. Dari aksi korporasi tersebut, total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp10,39 triliun.
“Selain itu, saat ini terdapat 10 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Nyoman di Jakarta, Kamis (4/9/2025).
Menurut Nyoman, dari sisi aset, pipeline kali ini terdiri dari 6 perusahaan dengan kategori menengah atau memiliki aset Rp50 miliar sampai Rp250 miliar. Selaian itu, ada 4 perusahaan dengan aset besar di atas Rp250 miliar. Tidak ada perusahaan dengan aset kecil yang ikut mendaftar.
Berdasarkan sektor, 2 perusahaan berasal dari basic materials, 1 dari consumer cyclicals, 1 dari consumer non-cyclicals, 2 dari financials, 2 dari industrials, 1 dari technology, dan 1 dari transportation & logistic. Sektor energy, healthcare, infrastructures, properties & real estate untuk sementara belum ada yang masuk pipeline.
BEI sendiri menargetkan 66 perusahaan bisa menggelar IPO sepanjang 2025.
Secara terpisah, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, menyebut ada 10 calon emiten yang pendaftarannya masih dalam tahap penelaahan.
“Mengenai pipeline IPO terbaru, saat ini OJK mencatat terdapat 10 calon emiten yang pernyataan pendaftarannya sedang dalam proses penelaahan di OJK. Dengan total nilai emisi diperkirakan sekitar Rp5,3 triliun,” ujar Inarno dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Agustus 2025 secara daring, di Jakarta, Kamis (4/9/2025).
Ia menambahkan jumlah tersebut bisa bertambah. Audit laporan keuangan per Juni 2025 biasanya selesai September dan masih bisa dipakai untuk mendaftar hingga Desember.
Ketika ditanya soal rencana IPO lighthouse di akhir tahun, Inarno menegaskan belum ada informasi detail terkait sektor atau perusahaan yang akan masuk bursa.
Yang dimaksud dengan emiten lighthouse adalah perusahaan dengan kapitalisasi pasar di atas Rp3 triliun serta free float minimal 15% atau sekitar Rp700 miliar. Hingga kini, sudah ada empat perusahaan yang masuk kategori tersebut. Mereka adalah PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI), dan PT Catur Dharma Indera Analitika Tbk (CDIA).
Sebelumnya, Direktur Utama BEI, Iman Rachman, mengungkapkan bahwa tahun ini pihaknya mematok target lima lighthouse IPO. Ia sangat optimistis target tersebut bakal tercapai bahkan terlampaui. Pasalnya, dari pipeline IPO saat ini sudah ada dua perusahaan yang masuk kategori lighthouse.
“Jadi mudah-mudahan kalau ini jalan paling enggak 4 tambah 2 mungkin lebih dari 5,” kata Iman dalam keterangan pers HUT Pasar Modal ke-48 di Jakarta, Senin (11/8/2025).
Sementara itu, terkait tren penurunan jumlah IPO, OJK memastikan tidak ada pengetatan aturan yang berlebihan. Menurut Inarno, regulator justru fokus meningkatkan kualitas sekaligus kuantitas calon emiten.
“Melalui beberapa regulasi, misalnya pada Juni 2025 OJK telah menerbitkan POJK No. 13 2025 yang antara lain mengatur kewajiban underwriter melakukan uji tuntas terhadap emiten sebelum menyampaikan pernyataan pendaftaran,” jelasnya.
Ia menambahkan OJK juga sedang mengkaji penyederhanaan aturan penawaran umum agar lebih relevan dengan perkembangan terbaru. “Kami berharap penyempurnaan regulasi tersebut akan semakin mendorong kuantitas IPO yang berkualitas di Indonesia dan meningkatkan kepercayaan investor,” tegas Inarno.
