STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bursa Efek Indonesia (BEI) menegaskan kualitas emiten baru tidak bisa hanya dilihat dari pergerakan harga saham di pasar sekunder. Dari 23 perusahaan yang melantai di bursa sepanjang 2025, delapan di antaranya mengalami penurunan harga saham.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menilai penurunan harga dalam jangka pendek bukan cerminan lemahnya kinerja perusahaan. “Kinerja perusahaan tercatat tidak semata-mata diukur dari fluktuasi harga saham di pasar sekunder dalam jangka pendek. Indikator kinerja dapat tercermin diantaranya dari kekuatan fundamental perusahaan, penerapan tata kelola yang baik, serta kejelasan strategi bisnis jangka panjang,” ujar Nyoman di Jakarta, Jumat (3/10/2025).
Menurutnya, dinamika harga saham sangat dipengaruhi banyak faktor. Selain permintaan investor, sentimen pasar, kondisi makroekonomi, strategi diversifikasi portofolio, hingga tingkat likuiditas juga ikut memengaruhi. “Oleh karena itu, penurunan harga saham dalam jangka pendek tidak selalu mencerminkan lemahnya kinerja dan kualitas perusahaan yang baru tercatat,” jelasnya.
BEI, lanjut Nyoman, terus memperkuat peran sebagai fasilitator dan pengawas. Upaya ini diwujudkan melalui pendampingan dan pengawasan berkelanjutan agar perusahaan tercatat dapat menjaga kinerja, meningkatkan transparansi, serta memenuhi kewajiban keterbukaan informasi.
Evaluasi rutin juga dilakukan, bukan hanya terkait kepatuhan regulasi, tetapi juga penerapan praktik tata kelola yang baik. Dengan langkah tersebut, BEI berkomitmen menjaga standar kualitas IPO agar emiten baru mampu memberi nilai tambah jangka panjang bagi investor.
Menyoal strategi BEI di sisa 2025, Nyoman menegaskan fokus utama tetap pada kualitas perusahaan dalam pipeline. “Mempertimbangkan timeline untuk perusahaan dapat melakukan pencatatan saham di sisa tahun 2025, kualitas akan menjadi fokus utama guna memastikan perusahaan yang telah berada dalam pipeline memiliki kualitas yang baik,” katanya.
BEI juga menjalankan berbagai program edukasi dan pendampingan bagi calon emiten. Mulai dari go public workshop, coaching clinic, one-on-one meeting, hingga networking event untuk mempercepat transformasi perusahaan menuju status terbuka dan memperluas akses ke ekosistem pasar modal.
Selain itu, BEI memperkuat kolaborasi dengan kementerian, asosiasi, perbankan, dan mitra strategis lain. Edukasi tidak hanya soal IPO saham, tetapi juga mencakup instrumen pendanaan lain seperti obligasi, sukuk, dan efek beragun aset.
Dari sisi kualitas, BEI menerapkan evaluasi ketat yang meliputi keberlangsungan usaha, tata kelola, hingga kompetensi manajemen calon emiten. BEI juga tengah menyusun kajian strategis IPO bersama berbagai pemangku kepentingan untuk memahami peluang dan tantangan sekaligus memperkuat regulasi serta infrastruktur pasar modal.
Dengan langkah tersebut, BEI optimistis bisa menghadirkan emiten berkualitas, berdaya saing, dan mampu memberi kontribusi nyata bagi pertumbuhan pasar modal serta perekonomian nasional.
