STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia menguat pada penutupan perdagangan Senin (24/6/2024) waktu setempat atau Selasa pagi (25/6/2024) WIB. Ini didorong oleh pelemahan dolar AS. Investor juga tengah menantikan data inflasi AS yang akan dirilis akhir pekan ini.
Mengutip CNBC International, harga emas spot naik 0,54% menjadi US$2.332,79 per ons. Emas berjangka AS juga mengalami kenaikan 0,6% menjadi US$2.344,40 per ons.
Penurunan dolar sebesar 0,29% terhadap mata uang lainnya membuat emas lebih menarik bagi pemegang mata uang selain dolar. Menurut David Meger, Direktur Investasi Alternatif dan Perdagangan di High Ridge Futures Traders, emas saat ini berada dalam mode konsolidasi dengan banyak pembelian aktif saat harga turun. Investor juga memperhatikan pergerakan suku bunga ke depan dan kapan potensi pemotongan suku bunga akan terjadi.
Fokus minggu ini adalah data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS, yang merupakan ukuran inflasi favorit The Fed dan akan dirilis pada hari Jumat. Selain itu, beberapa pejabat The Fed akan memberikan pernyataan minggu ini, termasuk Gubernur Fed Lisa Cook dan Michelle Bowman. Presiden Fed San Francisco, Mary Daly, mengatakan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum The Fed dapat mulai memotong suku bunga.
Menurut CME FedWatch Tool, investor saat ini memperkirakan ada peluang 66% bahwa The Fed akan memotong suku bunga pada bulan September.
Bank of America (BofA) dalam sebuah catatan riset menyebutkan bahwa harga emas bisa mencapai US$3.000 per ons dalam 12-18 bulan ke depan. Namun, arus dana saat ini belum mendukung harga tersebut. Untuk mencapai harga itu, diperlukan peningkatan permintaan non-komersial dan pemotongan suku bunga oleh The Fed. Peningkatan arus masuk ke ETF yang didukung fisik dan volume kliring LBMA akan menjadi sinyal awal yang menggembirakan.
Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk memegang emas batangan, membuatnya menjadi investasi yang lebih menarik.
