Kamis, Agustus 7, 2025
31 C
Jakarta

Dolar Melemah, Nyaris Sentuh Titik Terendah dalam 3 Tahun terhadap Euro

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar Amerika Serikat (AS) nyaris stagnan terhadap euro pada penutupan perdagangan Senin (14/4/2025) waktu setempat atau Selasapagi (15/4/2025) WIB. Setelah melemah tajam pekan lalu, mata uang AS itu kini mendekati level terendah dalam tiga tahun terakhir terhadap euro.

Mengutip CNBC International, pada perdagangan Senin, euro tercatat di level US$1,1359. Ini hanya sedikit berubah dibanding hari sebelumnya. Namun pada Jumat lalu, euro sempat menyentuh US$1,1473, tertinggi sejak Februari 2022.

Sementara terhadap yen Jepang, dolar AS kembali melemah 0,39% ke level 142,93. Sebelumnya, mata uang Paman Sam ini sempat jatuh ke 142,05 pada Jumat, terendah sejak September tahun lalu.

Kondisi dolar AS saat ini banyak dipengaruhi kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang dianggap tidak konsisten. Hal ini membuat pelaku pasar kehilangan kepercayaan.

“Pengambilan kebijakan begitu kacau sampai-sampai sulit untuk memikirkan situasi lebih dari 24 jam ke depan, baik soal suku bunga maupun arah ekonomi,” kata Adam Button, Kepala Analis Mata Uang di ForexLive.

Menurut Button, ketidakpastian yang tinggi mulai dirasakan oleh pelaku usaha internasional. “Pertanyaannya sekarang adalah seberapa cepat hal ini akan berdampak pada konsumen di ekonomi riil,” ujarnya. Ia menambahkan, pasar saat ini pesimistis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi AS dan dampaknya paling nyata terlihat di pasar mata uang.

Kebijakan tarif Trump memang menjadi tekanan besar bagi ekonomi AS. Bahkan Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengakui bahwa langkah ini bisa memaksa The Fed memangkas suku bunga demi menghindari resesi, meskipun inflasi tetap tinggi.

Laporan dari New York Fed juga menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakat AS terhadap inflasi jangka pendek pada Maret lalu mencapai level tertinggi sejak akhir 2023. Ini terjadi di tengah menurunnya penilaian publik terhadap kondisi keuangan pribadi dan prospek pekerjaan.

Di sisi lain, CEO Macro Hive, Bilal Hafeez, mencatat bahwa dolar AS mengalami penurunan ekstrem dalam seminggu terakhir. “Biasanya, ini akan mengarah pada rebound. Tapi kalau ini adalah perubahan struktural seperti runtuhnya sistem Bretton Woods di awal 1970-an, maka semua prediksi bisa meleset,” katanya.

Ketidakpastian pasar makin meningkat setelah Trump mengumumkan akan menetapkan tarif baru untuk impor semikonduktor dalam waktu dekat. Ia juga menyebut akan memberikan fleksibilitas bagi beberapa perusahaan di sektor tersebut.

Pemerintah AS sebelumnya sempat membebaskan tarif tinggi bagi ponsel, komputer, dan beberapa barang elektronik lain yang mayoritas diimpor dari Tiongkok. Namun Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan bahwa produk-produk itu tetap akan dikenai bea masuk baru dalam dua bulan ke depan, bersama semikonduktor.

“Pasar saat ini sedang memperdagangkan ketidakpastian,” kata Nick Rees, Kepala Riset Makro di Monex Europe. “Dan akhir pekan kemarin tidak membantu, karena banyaknya pernyataan saling bertentangan dari pemerintahan AS.”

Menurut Rees, kondisi ini membuat pelaku pasar menghindari dolar dan mencari aset lain yang dianggap lebih aman.

Trump juga mengisyaratkan kemungkinan memberikan pengecualian untuk tarif terkait sektor otomotif. Namun Jepang sebagai mitra dagang menyatakan tidak akan memberikan banyak konsesi dan tidak akan tergesa-gesa mencapai kesepakatan dalam negosiasi tarif.

Menteri Ekonomi Jepang Ryosei Akazawa menyebut bahwa isu nilai tukar akan dibicarakan secara langsung antara Menteri Keuangan Jepang Katsunobu Kato dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent.

Dolar AS juga melemah terhadap franc Swiss, turun 0,18% ke level 0,814 franc. Terhadap pound sterling, dolar melemah 0,88% ke US$1,3195. Dolar Australia menguat 0,84% menjadi US$0,6338 dan melanjutkan penguatan lebih dari 4% dari pekan lalu.

Sementara yuan offshore melemah 0,35% ke 7,307 per dolar, setelah sebelumnya mencetak rekor terendah pekan lalu akibat memanasnya perang dagang antara AS dan Tiongkok. Data menunjukkan ekspor Tiongkok naik tajam pada Maret karena pabrik-pabrik mempercepat pengiriman sebelum tarif baru dari AS diberlakukan.

Untuk aset kripto, bitcoin mencatat kenaikan 1,90% dan diperdagangkan di level US$85.066.

Artikel Terkait

Bocoran Kinerja BTN Semester I 2025, Laporan Keuangan Dirilis Sebelum Akhir Bulan!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk...

Dolar AS Melemah, Pasar Yakin The Fed Bakal Potong Suku Bunga Lagi

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS)...

Laba SBMA Melejit 26,84%, Pendapatan Juga Naik di Semester I-2025!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru