Minggu, September 28, 2025
35.2 C
Jakarta

Wall Street Mulai Loyo Lagi, Padahal Baru Cetak Rekor Kemenangan Terpanjang

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Perdagangan saham di Wall Street mulai melambat lagi setelah sempat mencatat kemenangan beruntun. Pada perdagangan Selasa malam (29/4/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (30/4/2025) WIB, indeks berjangka S&P 500 tercatat turun 0,2%. Nasdaq 100 futures ikut melemah 0,4%, sementara Dow Jones Industrial Average futures hanya turun 6 poin atau 0,01%.

Penurunan ini terjadi menjelang rilis sederet data ekonomi penting yang akan menutup perdagangan bulan April. Pelaku pasar tampaknya mulai bersiap menghadapi potensi kejutan dari laporan ekonomi Amerika Serikat.

Sebelumnya, bursa saham AS justru ditutup menguat pada hari Selasa. Kabar dari Menteri Perdagangan Howard Lutnick yang mengatakan bahwa Gedung Putih hampir mengumumkan kesepakatan dagang memberi angin segar bagi pasar. Meskipun begitu, ia tidak menyebutkan negara mana yang dimaksud.

Presiden Donald Trump juga menambahkan bahwa negosiasi tarif dengan India berjalan dengan baik. “Kami hampir mencapai kesepakatan dengan India,” kata Trump kepada wartawan.

Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York) naik 300,03 poin atau 0,75% ke posisi 40.527,62. Indeks S&P 500 (SPX) 500 menguat 32,08 poin atau 0,58% ke level 5.560,83. Sementara itu, Indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, melonjak 95,18 poin atau 0,55% ke level 17.461,32.

Namun, bulan April tetap menjadi bulan yang penuh gejolak bagi pasar saham. Pernyataan Presiden Trump tentang tarif balasan pada 2 April lalu sempat memicu aksi jual besar-besaran. Bahkan, S&P 500 sempat masuk ke zona bearish pada 7 April.

Meski begitu, kondisi kini mulai membaik. S&P 500 hanya turun 0,9% sepanjang bulan April. Nasdaq bahkan naik 0,9%, sementara Dow masih berada di jalur penurunan sekitar 3,5%.

“Pasar saham AS mulai bergerak cepat seiring berakhirnya April, mencoba menutup kerugian setelah kebijakan tarif Presiden Donald Trump,” ujar Jeff Buchbinder, Kepala Strategi Ekuitas di LPL Financial.

Menteri Keuangan Scott Bessent juga mencermati pergerakan investor. Menurutnya, investor ritel masih tenang, sementara investor institusi justru panik. “Investor individu bertahan, sementara institusi justru panik,” kata Bessent.

Rabu ini, para pelaku pasar akan mencermati sejumlah data penting. Di antaranya adalah indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) bulan Maret dan pembacaan awal produk domestik bruto (PDB) kuartal I.

Kedua data itu muncul saat konsumen AS mulai menunjukkan tanda-tanda melemah. Indeks Keyakinan Konsumen dari Conference Board turun ke level 86 di April, anjlok 7,9 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Ini jadi angka terendah dalam hampir lima tahun terakhir.

Selain data ekonomi, investor juga menanti laporan keuangan dari raksasa teknologi. Meta Platforms dan Microsoft dijadwalkan merilis laporan keuangan mereka pada Rabu sore waktu setempat.

Artikel Terkait

Wall Street Melemah Tiga Hari Berturut-turut, Saham Oracle Anjlok 5%

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street kembali ditutup melemah pada perdagangan...

Bursa Eropa Lesu, Saham Medis Turun Imbas Proses Hukum di AS

STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa ditutup melemah pada...

Bursa Jepang Cetak Rekor Tertinggi, Sementara Asia Bergerak Beragam

STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik bergerak beragam pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru