Minggu, September 28, 2025
32.6 C
Jakarta

Dolar AS Pelan-Pelan Mulai Naik Lagi, Tapi Suasana Pasar Masih Tegang Banget!

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis pada penutupan perdagangan Kamis (22/5/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (23/5/2025) WIB. Kenaikan ini terjadi setelah Dewan Perwakilan Rakyat AS meloloskan RUU besar tentang pemotongan pajak dan belanja usulan Presiden Donald Trump.

Meski begitu, sentimen pasar masih terasa tegang. Investor tetap berhati-hati menanggapi dampak jangka panjang dari kebijakan ini, terutama karena RUU tersebut diperkirakan akan menambah utang pemerintah secara signifikan.

Mengutip CNBC International, Kantor Anggaran Kongres AS (Congressional Budget Office) yang bersifat non-partisan memperkirakan RUU itu akan menambah utang negara sebesar US$3,8 triliun dalam 10 tahun ke depan. Saat ini total utang AS sudah mencapai US$36,2 triliun.

Di perdagangan sesi pagi waktu New York, dolar AS naik 0,1% menjadi 143,75 yen. Sebelumnya, sempat menyentuh level terendah sejak 7 Mei di posisi 142,80 yen.

Direktur perdagangan Monex USA, Helen Given, mengatakan penguatan dolar AS kali ini masih terbatas. “Dolar naik sedikit hari ini, tapi pasar masih sangat sensitif. Semua pergerakan dalam beberapa sesi terakhir cenderung sangat hati-hati,” ujar Helen.

Ia menambahkan, “Lolosnya RUU pajak dan belanja dari pemerintahan Trump memberikan sedikit dorongan bagi dolar, tapi sebagian besar arus yang kami lihat lebih disebabkan oleh aksi pembalikan dari posisi short dolar yang besar sebelumnya.”

Sementara itu, data tenaga kerja AS menunjukkan klaim pengangguran turun 2.000 menjadi 227.000 untuk pekan yang berakhir 17 Mei. Angka ini lebih rendah dari prediksi ekonom sebesar 230.000 dan menunjukkan pasar tenaga kerja masih cukup stabil.

Namun di sisi lain, hasil lelang obligasi 20 tahun AS yang lesu pada Rabu malam menekan dolar. Pelemahan ini diperkuat oleh kekhawatiran pasar setelah Moody’s memangkas peringkat utang AS dari level tertingginya pekan lalu.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama, naik 0,3% ke level 99,91. Indeks ini sempat menyentuh posisi terendah dua pekan di angka 99,333 sehari sebelumnya.

Dari Eropa, euro justru melemah 0,3% ke US$1,1293 setelah sebelumnya menguat dalam tiga sesi berturut-turut. Penurunan ini dipicu data ekonomi zona euro yang mengecewakan.

Indeks PMI gabungan HCOB menunjukkan aktivitas bisnis di kawasan euro secara tak terduga mengalami kontraksi pada bulan ini. Analis Validus Risk Management, Harry Woolman, mengatakan, “Data yang mengecewakan ini menjadi sinyal buruk bagi prospek ekonomi jangka pendek di Eropa, apalagi efek tarif Trump mulai terasa dan kesepakatan dagang tampaknya belum terlihat dalam waktu dekat.”

Pound sterling sempat naik 0,1% menjadi US$1,3434, masih dekat dengan posisi tertingginya dalam tiga tahun yang dicapai pada Rabu lalu. Inflasi yang tinggi di Inggris mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Bank of England.

Di luar mata uang, Bitcoin juga mencetak rekor baru. Mata uang kripto itu naik 3,3% menjadi US$111.862,98 seiring investor mencari alternatif dari aset-aset AS di tengah ketidakpastian pasar.

Artikel Terkait

Transaksi DNDF Tembus US$ 212 Juta per Hari, BI Luncurkan Matchmaking OIS

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan...

Merdeka Copper (MDKA) Rugi USD15,8 Juta per Juni 2025, Ini Penyebabnya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)...

Pendapatan dan Laba Merdeka Battery (MBMA) Kompak Turun di Semester I 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Kinerja keuangan PT Merdeka Battery Materials...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru