Rabu, September 24, 2025
26.7 C
Jakarta

Morris Capital Siap Borong 57,37% Saham PIPA, Tinggal Tunggu Restu RUPST 17 Juni 2025!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Multi Makmur Lemindo Tbk (PIPA) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Selasa, 17 Juni 2025 di Tangerang Selatan, Banten.

Ada tujuh agenda penting yang bakal diputuskan dalam rapat ini. Di antaranya, persetujuan laporan tahunan dan laporan keuangan tahun buku 2024, penggunaan laba bersih, dan penunjukan akuntan publik.

Agenda lainnya meliputi penetapan honorarium dan tunjangan anggota dewan komisaris, laporan realisasi penggunaan dana, serta pengangkatan atau perubahan susunan direksi dan dewan komisaris.

Corporate Secretary PIPA, Imanuel Kevin Mayola menjelaskan agenda RUPST tahun ini cukup umum. Namun, ada hal penting yang menyertainya. “Agenda tahunan ini seperti biasa saja, bedanya ada corporate action yang sudah kita terbitkan di KI (Keterbukaan Informasi)-KI sebelumnya,” ujarnya, di Jakarta, Selasa (10/6/2025).

Corporate action yang dimaksud adalah proses pengambilalihan saham PIPA oleh PT Morris Capital Indonesia (MCI). Langkah ini untuk menyinergikan PIPA dengan pemegang saham baru dan memfasilitasi percepatan uji tuntas serta penyelesaian proses akuisisi.

MCI akan menjadi pemegang saham pengendali PIPA dengan mengakuisisi 57,37% saham dari pemilik lama yaitu Junaedi, Susyanalief, Hendrik Saputra, dan Nanang Saputra. “Pak Junaedi dan afiliasinya memegang saham sekitar 48%,” ungkap Imanuel.

Terkait harga saham yang dibeli MCI, Imanuel menyebut belum bisa diumumkan karena masih dalam proses uji tuntas. “Negosiasi harga saham PIPA sudah tidak ada di tahap itu, tapi sekarang di tahap uji tuntas,” katanya.

Harga saham yang sedang dinegosiasikan diharapkan lebih tinggi dibanding harga saat ini, yang menurutnya under value sekitar 10% hingga 20%. “Yang penting bagi saya harga saham PIPA naik, tapi naiknya natural bukan FOMO,” tegas Imanuel.

Ia menilai harga saham saat ini undervalue karena permainan pasar. Proses uji tuntas saat ini melibatkan audit menyeluruh oleh MCI terhadap kondisi internal PIPA, termasuk keuangan dan operasional. “Proses uji tuntas dipercepat dan proses penyelesaian dipercepat selama satu bulan dari seharusnya Juli 2025 menjadi Juni 2025,” tambahnya.

Direktur MCI, Noprian Fadli menyatakan perusahaan sedang dalam tahap akhir negosiasi harga dan waktu penyelesaian akuisisi. “Proses negosiasi saat ini memasuki masa uji tuntas atas PIPA dari aspek keuangan, hukum, dan operasional. Kedua belah pihak sepakat mempercepat proses pelaksanaan uji tuntas yang sedang berlangsung,” jelas Noprian dalam keterbukaan informasi pada 3 Juni 2025.

Ia berharap rencana pengambilalihan bisa rampung dalam satu bulan ke depan. Tujuan akuisisi ini, menurut MCI, untuk memperbesar jaringan bisnis dengan menyinergikan PIPA ke dalam grup yang bergerak di sektor properti, infrastruktur, migas, dan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Dari sisi kinerja, PIPA mencatatkan performa yang lebih baik pada 2024 dibandingkan 2023, termasuk dari sisi laba bersih. “Saya akan buka detail ini di Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PIPA,” kata Imanuel.

PIPA juga meluncurkan sekitar 50 produk baru jenis fitting PVC, dan tengah merancang produk premium untuk segmen pasar lebih tinggi. “Kami berniat mengembangkan produk-produk untuk kalangan premium untuk kualitas produk pada masa depan,” ujarnya.

Produk tersebut akan memenuhi permintaan konsumen seperti keperluan interior dan eksterior rumah. Saat ini, PIPA telah memasarkan produknya di berbagai wilayah seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali.

Perusahaan juga telah membuka cabang dan memiliki gudang di Tabanan, Bali. “Kita percaya Bali mempunyai potensi pasar yang bagus. Kami berharap bisa supply ke Papua dan Maluku Utara,” ungkap Imanuel.

Selama 2024, Lampung menjadi wilayah dengan kontribusi penjualan terbesar mencapai 10%. “Sebelumnya, penjualan kami lebih banyak di proyek-proyek pemerintah sebelum pandemi Covid-19,” katanya.

PIPA optimistis prospek bisnis pipa masih cerah karena masih banyak ukuran pipa yang belum memenuhi kebutuhan pasar.”Kami akan melakukan feasibility study untuk ini,” jelasnya.

Persaingan bisnis pipa dalam negeri masih dilindungi oleh kebijakan pemerintah melalui aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). “Mereka harus invest di Indonesia,” tegasnya, merujuk pada perusahaan asing yang masuk ke pasar domestik.

PIPA juga sedang menjajaki kerja sama luar negeri seperti ke Malaysia dan Spanyol, namun masih terganjal regulasi penanaman modal asing (PMA). “Kita berkembang tidak bisa sendiri,” tambahnya.

Menurut Imanuel, perusahaan pipa lokal yang sudah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih sangat sedikit. Namun, perusahaan sejenis tetap saling mendukung karena biasanya proyek pemerintah membutuhkan perbandingan harga dan kualitas.

“Kalau proyek di pemerintahan mesti ada pembanding, jadi walaupun bersaing kita pasti dapat yang penting harga dan kualitas bagus,” ujarnya.

“Kalau premium sudah pasti branding yang kuat, kalau di ritel kita bersaing di harga, kita bermain di pricing value,” lanjut Imanuel.

Saat ini, kapasitas produksi pabrik PIPA di Kota Tangerang telah mencapai 95%. Perusahaan memiliki 15 sampai 25 mesin di lini produksinya. Dengan kapasitas tersebut, PIPA tengah menimbang pembukaan pabrik baru dalam waktu mendatang.

Mengenai perubahan direksi dan komisaris dalam RUPST, Imanuel belum memberikan bocoran nama-nama baru.Namun ia memastikan akan ada perwakilan dari pemegang saham lama dan baru untuk menjaga keseimbangan manajemen.

“Yang pasti kalau ada pengambilalihan, ada orang baru, pasti balance karena masih ada orang lama,” katanya.

Saat ini, komisaris utama dijabat oleh Susyanalief, didampingi oleh Nanang Saputra dan Yonathan Wiryohadi. Sedangkan Junaedi menjabat sebagai direktur utama, didampingi oleh Hendrik dan Airlangga sebagai direksi.

Imanuel berharap para pemegang saham tetap percaya kepada pemilik lama yang sudah fokus di bisnis ini sejak awal. “Tidak usah nggak khawatir dengan kami, karena kami pelaku usaha yang real,” tegasnya.

Ia menyebut ada pemegang saham yang sejak awal IPO sudah berperan sebagai agen produk di daerah. “Dia pemegang saham sejak IPO PIPA dan pelaku usaha,” ujarnya.

PIPA melihat kondisi politik nasional yang sudah stabil menjadi angin segar bagi pengembangan bisnisnya.

Namun, tantangan tetap ada dari sisi ketidakpastian ekonomi global. “Saya yakin di 2027 akan berkembang dan kita ingin berkembang bareng,” ucap Imanuel.

Dalam RUPST mendatang, PIPA juga berharap dukungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI). “OJK dan BEI diharapkan mendukung niat baik kami,” tutupnya.

Artikel Terkait

Radiant Ruby Siap Akuisisi 80% Saham Agung Menjangan (AMMS)

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) -  Radiant Ruby Company Ltd, berencana mengambil-alih...

Trimegah Sekuritas Siap Terbitkan Obligasi Rp500 Miliar, Dananya Buat Ini

STOCKWATCH.ID (JAKARTA)- Obligasi Berkelanjutan II PT Trimegah Sekuritas Indonesia...

IHSG Ukir Rekor Baru, Naik 1,06% Tembus 8.100 Berkat Sederet Saham Ini, Ada BUMI dan DEWA

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Dibuka menguat di 8.066,295, Indeks Harga...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru