STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) memprediksi ada tiga sektor saham yang bakal mencuri perhatian investor di semester kedua 2025. Ketiganya dinilai punya potensi kuat untuk tumbuh, apalagi jika didukung sentimen makro yang stabil dan belanja pemerintah yang lebih agresif.
Head of Equity Research Division BRIDS, Erindra Krisnawan, CFA menyebut sektor konsumer menjadi pilihan utama jika nilai tukar rupiah menguat. Menurutnya, penguatan rupiah bisa memperbaiki margin perusahaan konsumer karena banyak bahan baku mereka berbasis dolar AS.
“Consumer tuh valuasinya juga udah murah. Kalau rupiahnya menguat, otomatis cost-nya lebih rendah, marginnya lebih bagus. Dan biasanya purchasing power juga terbantu,” ujar Erindra saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis (3/7/2025).
Sektor kedua yang juga diunggulkan adalah telekomunikasi. Erindra menilai adanya tanda-tanda pemulihan dari perang harga yang sempat melanda sektor ini tahun lalu.
“Kuartal 1 kemarin sampai second half tahun lalu sektor telco banyak price war. Sekarang harganya mulai stabil dan naik, itu harusnya jadi katalis positif,” katanya.
Menurutnya, emiten yang paling menarik dari sektor ini adalah PT Indosat Tbk (ISAT). Selain unggul dalam efisiensi, perusahaan ini juga berhasil menjaga margin dengan baik. “Yang menurut kita visibility-nya paling baik adalah Indosat,” ucapnya.
Namun Erindra juga mengingatkan kondisi sektor telko di kuartal kedua masih cukup berat. Ia melihat daya beli masyarakat masih lemah dan lonjakan trafik data saat Ramadan lalu tidak sebesar ekspektasi.
Sementara itu, untuk pilihan taktis jangka pendek, sektor pertambangan juga jadi perhatian. Terutama logam mulia dan komoditas seperti emas dan tembaga.
“Kalau outlook global masih volatile dan ada risiko inflasi naik, investor global biasanya lari ke komoditas. Termasuk emas dan metal seperti tembaga,” jelas Erindra.
Beberapa saham yang dinilai punya eksposur kuat terhadap logam mulia antara lain PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
Erindra menambahkan, jika tren pelemahan dolar AS berlanjut, maka harga emas bisa kembali menarik minat investor. Ia juga menyebut sektor mining di semester kedua akan lebih selektif karena beberapa saham sudah naik cukup tinggi sejak awal tahun.
