Kamis, Oktober 16, 2025
26.7 C
Jakarta

Dolar AS Menguat Tipis Usai Trump Umumkan Tarif Baru

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis terhadap sejumlah mata uang utama pada penutupan perdagangan Jumat (11/7/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (12/7/2025) WIB. Penguatan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump kembali mengumumkan tarif impor baru yang memicu kekhawatiran pasar.

Mengutip CNBC International, Trump merilis surat resmi pada Kamis malam yang menetapkan tarif sebesar 35% untuk semua impor dari Kanada mulai 1 Agustus. Ia juga berencana mengirim surat serupa kepada Uni Eropa pada Jumat.

Tarif menyeluruh sebesar 15% hingga 20% terhadap negara-negara mitra dagang juga disampaikan Trump, lebih tinggi dari tarif dasar saat ini yang hanya 10%.

Pekan ini, Brasil juga dikejutkan dengan tarif 50% dari AS. Produk seperti tembaga, obat-obatan, dan chip semikonduktor juga terkena dampaknya.

“Kelihatannya kekhawatiran soal tarif mulai muncul lagi setelah Trump mengusulkan tarif menyeluruh kemarin,” kata Michael Brown, analis pasar dari Pepperstone di London.

Brown menambahkan, “Secara keseluruhan, pergerakan di pasar valuta asing masih cukup terkendali dan kisaran harga belakangan ini masih dihormati.”

Nilai tukar euro turun 0,1% ke level US$1,1691 setelah muncul kabar Uni Eropa akan menerima surat tarif dari AS. Hal ini membuat kemajuan negosiasi dagang antara Brussels dan Washington jadi dipertanyakan.

Terhadap yen, dolar AS menguat 0,8% ke level 147,40 yen.

Sementara itu, dolar Kanada melemah terhadap dolar AS dan turun 0,1% menjadi C$1,3668. Sebelumnya, mata uang ini sempat jatuh lebih dari 0,5% sesaat setelah pengumuman tarif oleh Trump.

Respon pasar terhadap pengumuman tarif ini tidak sedramatis aksi jual besar-besaran pada April lalu setelah pernyataan “Hari Pembebasan” dari Trump. Namun investor tetap waspada terhadap dampak kebijakan perdagangan global dan apakah batas waktu 1 Agustus akan benar-benar berlaku.

Meskipun sentimen tarif mendukung penguatan dolar, beberapa pelaku pasar masih ragu dengan prospek dolar dalam jangka menengah.

“Saya masih memperkirakan depresiasi dolar AS akan berjalan perlahan, tapi stabil dalam jangka menengah. Namun, karena penurunannya sudah cukup jauh dalam waktu singkat, ada peluang untuk rebound, terutama jika posisi short dolar mulai terjepit,” ujar Brown.

Data ekonomi AS yang menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja juga turut mendukung dolar. Selain itu, risalah rapat kebijakan The Federal Reserve yang dirilis minggu ini membuat ekspektasi penurunan suku bunga jadi lebih hati-hati.

Meski begitu, indeks dolar masih tercatat turun hampir 10% sepanjang tahun ini. Penurunan ini dipicu kekhawatiran bahwa kebijakan pemerintah AS mulai berdampak negatif terhadap ekonomi terbesar dunia itu.

Di sisi lain, pound sterling Inggris turun 0,5% dan mendekati posisi terendah dua pekan di level US$1,3511. Data terbaru menunjukkan ekonomi Inggris menyusut selama dua bulan berturut-turut hingga Mei.

Artikel Terkait

WEGE Incar Proyek IKN dan Rusun Jakarta, Pasang Target Kontrak Baru Rp3 Triliun di 2026

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) –  PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk...

Pendapatan Tumbuh, Laba Xolare Energy (SOLA) Melambung 123,091% per September 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Kinerja keuangan PT Xolare RCR Energy...

Timah (TINS) Bidik Pendapatan Rp12,26 Triliun pada 2025, Naik 12,89%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Manajemen PT Timah Tbk (TINS) membidik...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru