STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada penutupan perdagangan Senin (14/7/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (15/7/2025) WIB. Penguatan ini terjadi meski Presiden Donald Trump kembali melontarkan ancaman tarif baru. Pelaku pasar justru lebih fokus menantikan data inflasi AS yang akan dirilis Selasa waktu setempat.
Mengutip CNBC International, indeks dolar naik 0,19% ke level 98,07. Euro melemah 0,16% ke posisi US$ 1,167 dan sempat menyentuh level terendah dalam tiga pekan di US$ 1,1649.
Trump mengancam akan menerapkan tarif 30% atas impor dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus. Ancaman itu disampaikan usai negosiasi yang berlangsung selama berminggu-minggu gagal mencapai kesepakatan perdagangan menyeluruh.
Meski begitu, pasar terlihat tenang. “Ini bukan pertama kalinya terjadi. Nilai kejutnya sudah hilang,” kata Joseph Trevisani, Senior Analyst di FX Street. Ia menambahkan, “Prediksi negatif sebelumnya juga tidak terbukti, jadi dampaknya kini makin kecil.”
Uni Eropa menanggapi keras ancaman Trump dan memperingatkan akan ada tindakan balasan jika tidak ada kesepakatan untuk menghindari tarif.
Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan inflasi kemungkinan naik musim panas ini akibat tarif. Hal ini membuat bank sentral AS diperkirakan belum akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Investor kini menunggu data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS untuk Juni. Survei Reuters memperkirakan inflasi utama naik ke 2,7% dari 2,4% bulan sebelumnya. Inflasi inti diperkirakan meningkat ke 3,0% dari 2,8%.
Trader kontrak berjangka The Fed saat ini memperkirakan ada pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin hingga akhir tahun, dengan pemangkasan pertama diperkirakan terjadi pada September.
Pasar juga mengamati kondisi fiskal dan utang AS, serta spekulasi soal kemungkinan Trump mengganti Powell, yang ia kritik karena menunda pemangkasan suku bunga dan terkait anggaran renovasi gedung The Fed.
Trump juga kembali menekan Rusia dengan ancaman sanksi tambahan jika tidak ada kesepakatan damai dalam 50 hari ke depan. Ia menyampaikan hal itu bersamaan dengan pengumuman pengiriman senjata baru untuk Ukraina.
Ancaman sanksi terhadap pembeli ekspor Rusia ini turut mengangkat dolar. Terhadap yen Jepang, dolar menguat 0,22% ke 147,72, level tertinggi sejak 23 Juni. Terhadap peso Meksiko, dolar menguat 0,39% ke 18,719. Sementara poundsterling turun 0,52% ke US$ 1,3429, juga terendah sejak 23 Juni.
Gubernur Bank of England Andrew Bailey menyatakan ketidakpastian masih membebani prospek pertumbuhan. Dalam suratnya kepada para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20, ia mengingatkan perlunya kewaspadaan terhadap potensi gejolak pasar.
Sementara itu, bitcoin melesat menembus US$ 120.000 untuk pertama kalinya. Mata uang kripto terbesar ini sempat menyentuh US$ 123.153 dan terakhir diperdagangkan di level US$ 119.633, naik 0,42%. Investor berharap akan ada kemajuan kebijakan yang berpihak pada industri kripto dalam waktu dekat.