Selasa, September 30, 2025
27.3 C
Jakarta

Wall Street Ambruk! Dow Anjlok 542 Poin, Data Tenaga Kerja Lemah dan Tarif Baru Trump Picu Kepanikan Pasar

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street ditutup anjlok pada perdagangan hari Jumat (1/8/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (2/8/2025) WIB). Kekhawatiran pasar meningkat setelah munculnya data tenaga kerja yang mengecewakan dan pengumuman tarif baru dari Presiden Donald Trump.

Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York) turun 542,4 poin atau 1,23% ke posisi 43.588,58. Ini menjadi penurunan harian terburuk sejak 13 Juni. Indeks S&P 500 (SPX) 500 melemah 101,38 poin atau 1,6% menjadi 6.238,01. Sementara itu, indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi merosot 472,32 poin atau 2,24% mencapai 20.650,13. Kedua indeks ini mencatat pelemahan harian terburuk sejak Mei dan April lalu.

Data tenaga kerja AS untuk Juli menunjukkan jumlah lapangan kerja non-pertanian hanya bertambah 73.000. Angka ini jauh di bawah ekspektasi analis yang memperkirakan penambahan 100.000 pekerjaan.

Revisi data bulan sebelumnya juga mengecewakan. Pertumbuhan lapangan kerja Juni dikoreksi turun menjadi 14.000 dari sebelumnya 147.000. Sementara data Mei direvisi dari 125.000 menjadi hanya 19.000. Angka-angka ini mempertegas pelemahan pasar tenaga kerja AS.

Saham-saham perbankan ikut terpukul. Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi membuat investor khawatir pertumbuhan kredit bakal melambat. Saham JPMorgan Chase turun lebih dari 2%, sementara Bank of America dan Wells Fargo merosot lebih dari 3%.

Saham sektor industri seperti GE Aerospace dan Caterpillar juga ikut melemah, masing-masing turun hampir 1% dan 2%.

“Kita melihat kekhawatiran soal pertumbuhan di tengah valuasi pasar yang sudah sangat tinggi,” kata Thierry Wizman, analis FX dan suku bunga global di Macquarie Group. “Ini mencerminkan ketakutan akan pelemahan ekonomi di akhir musim panas.”

Sentimen investor juga terganggu oleh langkah Trump yang kembali mengumumkan tarif baru terhadap banyak negara. Tarif impor kini berkisar antara 10% hingga 41%. Barang-barang yang coba diakali lewat transshipment akan dikenakan tarif tambahan 40%.

Kanada, mitra dagang utama AS, kini menghadapi tarif sebesar 35%, naik dari 25% sebelumnya.

Saham-saham teknologi juga ikut rontok. Amazon jatuh lebih dari 8% setelah memberikan panduan laba operasi yang mengecewakan. Saham Apple juga turun 2,5%.

Joseph Cusick, portfolio specialist di Calamos Investments, menjelaskan investor mulai mengamankan keuntungan. “Investor mulai mengunci cuan karena kinerja saham teknologi melemah, risiko makro meningkat, dan musim perdagangan memasuki periode negatif,” ujarnya.

Seluruh indeks utama mencatatkan kinerja mingguan yang buruk. S&P 500 turun 2,4%, menjadi minggu terburuk sejak 23 Mei. Dow Jones melemah 2,9%, terburuk sejak 4 April. Nasdaq juga ikut turun 2,2% dalam sepekan terakhir.

Tekanan terhadap pasar membuat pelaku pasar mulai memperkirakan The Fed bakal segera menurunkan suku bunga. Probabilitas pemangkasan suku bunga pada September kini mencapai 86% berdasarkan data perdagangan berjangka dari CME, naik drastis dibanding dua hari sebelumnya.

Artikel Terkait

Wall Street Menguat, Saham Nvidia Bangkit Lagi dan EA Meroket karena Isu Akuisisi

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Senin...

Bursa Eropa Ditutup Menguat, Saham Farmasi dan Lufthansa jadi Pendorong

STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa ditutup menguat pada...

Saham Sony Financial Group Melonjak 15% di Hari Perdana, Bursa Asia Tutup Bervariasi

STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik ditutup bervariasi pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru