STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE) membeberkan perkembangan pinjaman dari Advance Opportunities Fund (AOF), pencapaian pendapatan hingga September 2025, serta koreksi pencatatan biaya dan strategi bisnis ke depan.
Sekretaris Perusahaan NINE, Zainal Abidin, menjelaskan fasilitas pinjaman dari AOF mulai dicairkan bertahap sejak 6 Maret 2025 hingga 30 Juni 2025. Nilai pinjaman yang sudah masuk ke perseroan tercatat Rp987,69 juta. “Plafon pinjaman AOF sebesar US$455.000 atau setara Rp7,5 miliar akan dicairkan secara bertahap sesuai periode yang disetujui AOF,” kata Zainal.
Dari sisi kinerja, pendapatan NINE sampai September 2025 baru mencapai Rp1,62 miliar. Angka ini masih jauh dari target perseroan yang ingin meraih Rp13 miliar hingga Rp15 miliar pada akhir tahun.
Manajemen tetap optimistis bisa mengejar target dengan strategi yang lebih agresif. “Strategi meningkatkan omset penjualan meliputi peningkatan kualitas produk dan layanan, pemasaran digital yang optimal, penawaran promo dan diskon menarik, membangun loyalitas pelanggan melalui program khusus, serta memperluas jangkauan pasar,” ujar Zainal dalam keterbukaan informasi di laman Bursa dikutip Sabtu (27/9/2025).
Ia menambahkan dukungan modal kerja dan peluang bisnis baru dari Poh Holdings (POH) sebagai pengendali baru juga akan memperkuat ekspansi perseroan. Setelah proses tender offer selesai, POH akan melakukan kajian operasional dan keuangan serta menambah staf baru untuk melengkapi kebutuhan bisnis.
Perseroan juga mengakui adanya kesalahan pencatatan dalam laporan keuangan. Biaya teknisi lepas per 30 Juni 2025 tercatat melonjak tajam akibat salah input data. “Penyebabnya human error dalam memasukkan transaksi. Seharusnya pembukuan menambah biaya pembelian, bukan biaya teknisi lepas. Hal ini akan kami koreksi pada laporan keuangan audit 31 Desember 2025,” jelas Zainal.
Kesalahan pencatatan juga terjadi pada biaya legal dan profesional. Perseroan sebelumnya melaporkan pendanaan berasal dari pinjaman POH, padahal seharusnya dari AOF. Nilai biaya legal dan profesional per 30 Juni 2025 mencapai Rp1 miliar atau melonjak 1.311% dibanding periode sebelumnya. “Atas kesalahan pencatatan tersebut akan kami koreksi pada laporan keuangan audit 31 Desember 2025,” kata Zainal.