STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah tipis pada perdagangan Jumat (26/9/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (27/9/2025) WIB. Meski turun, mata uang ini tetap mencatatkan kenaikan mingguan kedua berturut-turut setelah serangkaian data ekonomi menunjukkan ketahanan ekonomi AS.
Mengutip CNBC International, terhadap yen Jepang, dolar turun 0,1% ke posisi 149,65. Namun mata uang AS itu masih membukukan penguatan lima pekan beruntun dan diperdagangkan dekat level tertinggi sejak 1 Agustus.
Euro menguat 0,17% ke US$1,16845. Kendati begitu, mata uang Eropa tersebut tetap mencatat penurunan mingguan dan mengakhiri tren penguatan tiga pekan sebelumnya.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama termasuk yen dan euro, melemah 0,17% ke 98,33. Meski turun harian, indeks ini masih berada di jalur kenaikan untuk pekan kedua.
Data Departemen Perdagangan AS menunjukkan belanja konsumen pada Agustus naik 0,6%, lebih tinggi dari perkiraan ekonom sebesar 0,5%. Indeks harga Personal Consumption Expenditures (PCE), ukuran inflasi pilihan The Fed, naik 0,3% sesuai perkiraan.
“Saya pikir cukup jelas data ekonomi yang lebih kuat telah mengurangi peluang pemangkasan suku bunga The Fed dan mempersempit perbedaan suku bunga dengan negara lain, sehingga mendorong dolar lebih tinggi,” kata John Velis, Americas FX and Macro Strategist di BNY New York.
Velis menambahkan, “Kami masih melihat perilaku lindung nilai cukup kuat sehingga banyak penjualan dolar berjangka, meski aset AS, khususnya saham, tetap menarik minat dari luar negeri. Namun cukup jelas dalam jangka pendek arah dolar akan mengikuti ekspektasi terhadap kebijakan The Fed.”
Imbal hasil obligasi AS tenor dua tahun, yang sensitif terhadap kebijakan suku bunga The Fed, naik 0,2 basis poin menjadi 3,666%.
Data ekonomi AS yang dirilis Kamis lalu juga menunjukkan produk domestik bruto kuartal II direvisi naik menjadi 3,8%, melampaui perkiraan analis.
Terhadap franc Swiss, dolar melemah 0,08% ke level 0,799. Meski begitu, greenback tetap berhasil menutup pekan dengan penguatan setelah enam pekan sebelumnya terus merosot.