STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street kompak melemah pada perdagangan Selasa (8/10/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (8/10/2025) WIB. Tren kenaikan S&P 500 yang bertahan selama tujuh hari akhirnya terhenti setelah saham Oracle jatuh dan kekhawatiran soal penutupan pemerintahan AS makin besar.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York turun 91,99 poin atau 0,2% menjadi 46.602,98. Indeks S&P 500 (SPX) melemah 25,69 poin atau 0,38% ke level 6.714,59. Sementara itu, indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, berkurang 153,30 poin atau 0,67% mencapai 22.788,36
Kejatuhan saham Oracle jadi pemicu utama pelemahan indeks. Saham perusahaan itu anjlok 2,5% setelah The Information melaporkan margin keuntungan bisnis cloud Oracle jauh di bawah ekspektasi analis. Oracle bahkan disebut merugi dalam sejumlah kontrak penyewaan chip Nvidia.
Berita tersebut membuat saham teknologi ikut tergelincir. Nasdaq sempat menyentuh level terendah hariannya.
Kepala Strategi Pasar Ameriprise, Anthony Saglimbene, menilai investor kini mulai lebih kritis terhadap besarnya belanja modal di sektor kecerdasan buatan (AI). “Ada banyak minat pada belanja capex dan memastikan Anda menjadi yang pertama atau memiliki kemampuan untuk mendapatkan teknologi yang dibutuhkan untuk menumbuhkan laba di era AI ini,” ujarnya kepada CNBC.
Ia menambahkan, pada titik tertentu investor akan mulai mempertanyakan seberapa besar hasil dari investasi jumbo di sektor ini. “Ini bukan berarti AI sedang dalam gelembung, tapi ada kemungkinan penyesuaian ekspektasi terhadap hasil dan profitabilitas dari uang yang sangat besar yang sedang digelontorkan ke AI saat ini,” kata Saglimbene.
Di sisi lain, ketidakpastian politik di Washington masih menekan pasar. Penutupan pemerintahan AS memasuki minggu kedua setelah Senat gagal meloloskan rancangan undang-undang pendanaan pemerintah hingga 21 November.
Presiden Donald Trump menuding Partai Demokrat sebagai penyebab kebuntuan. Melalui unggahan di Truth Social, ia menyatakan siap bekerja sama dengan Demokrat untuk kebijakan kesehatan, tetapi meminta agar pemerintahan dibuka kembali terlebih dahulu. “Kami memiliki negosiasi dengan Demokrat yang bisa menghasilkan hal baik, terutama soal perawatan kesehatan,” kata Trump di Gedung Putih.
Namun, pernyataan itu langsung dibantah Pemimpin Minoritas Senat, Chuck Schumer. Dalam unggahan di X, ia menulis, “INI TIDAK BENAR.” Schumer juga menegaskan, “Jika Partai Republik benar-benar siap duduk bersama dan menyelesaikan masalah kesehatan bagi keluarga Amerika, Demokrat siap untuk melakukannya.”
Ketegangan politik ini membuat investor menghindari aset berisiko dan beralih ke aset aman seperti emas. Harga emas berjangka melonjak menembus US$4.000 per ons, level tertinggi sepanjang sejarah.
Penutupan pemerintahan yang sudah berlangsung selama tujuh hari juga menimbulkan kekhawatiran ekonomi. Banyak data ekonomi tertunda rilis, sementara sejumlah pekerja seperti petugas TSA dan pengatur lalu lintas udara tidak menerima gaji. Anggota militer aktif pun terancam tidak dibayar jika kondisi ini berlanjut hingga pekan depan.
Trump menyebut pembayaran kembali bagi pekerja yang dirumahkan “tergantung pada siapa yang kita bicarakan.”
Saglimbene memperkirakan tekanan terhadap Kongres akan meningkat jika situasi ini terus berlanjut. “Saat kita mendekati akhir pekan dan pekerja yang dirumahkan tidak menerima gaji, lalu minggu depan militer aktif juga tak dibayar, tekanan terhadap Kongres untuk mencapai kesepakatan akan semakin besar,” ujarnya.
Ketidakpastian bertambah setelah Trump mengungkap rencana membahas tarif impor Kanada dengan Perdana Menteri Mark Carney. “Saya ingin Kanada sukses, tapi mereka bersaing dengan AS untuk bisnis yang sama,” katanya.
Situasi politik yang tidak menentu ini membuat pasar kembali berhati-hati. Investor kini menanti langkah konkret dari Washington untuk mengakhiri kebuntuan yang berpotensi memperlambat ekonomi AS.