STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia kembali melonjak tajam pada penutupan perdagangan Senin (13/10/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (14/10/2025) WIB. Harga logam mulia ini berhasil menembus level US$4.100 per ons. Kenaikan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta ekspektasi pasar terhadap langkah Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan akan memangkas suku bunga.
Mengutip CNBC International, harga emas spot naik 2,21% ke posisi US$4.106,05 per ons setelah sempat menyentuh rekor tertinggi di US$4.116,77. Sementara itu, emas berjangka AS untuk pengiriman Desember melonjak 3,3% menjadi US$4.133 per ons.
Kepala Strategi Pasar Blue Line Futures, Phillip Streible, memperkirakan tren penguatan emas belum akan berhenti dalam waktu dekat. “Emas bisa dengan mudah melanjutkan momentum kenaikan. Kita bisa melihat harga menembus di atas US$5.000 pada akhir 2026,” ujarnya.
Menurut Streible, permintaan yang kuat dari bank sentral, aliran dana besar ke instrumen investasi berbasis emas seperti ETF, serta ketegangan dagang dan prospek penurunan suku bunga menjadi pendorong utama reli logam mulia ini.
Dari sisi geopolitik, Presiden AS Donald Trump kembali memanaskan hubungan dengan China pada Jumat lalu setelah mengakhiri masa tenang antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.
Pasar kini menilai peluang 97% The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober, dan 100% peluang pemangkasan lanjutan pada Desember. Emas yang tidak memberikan imbal hasil cenderung menguat saat suku bunga turun karena biaya peluang untuk memegang emas menjadi lebih rendah.
Sejumlah lembaga keuangan besar ikut menyesuaikan proyeksi harga emas mereka. Bank of America dan Societe Generale memperkirakan harga emas dapat mencapai US$5.000 pada 2026. Sementara Standard Chartered Bank menaikkan perkiraan rata-rata harga emas tahun depan menjadi US$4.488 per ons.
“Kami menilai reli ini masih punya ruang untuk berlanjut, meski koreksi jangka pendek akan lebih sehat bagi tren kenaikan jangka panjang,” kata Suki Cooper, Kepala Riset Komoditas Global Standard Chartered Bank.
Kenaikan juga terjadi pada logam mulia lain. Harga perak spot melonjak 3,58% ke US$52,08 per ons setelah sempat mencapai rekor tertinggi di US$52,12. Platinum naik 3,42% ke US$1.641,45 per ons, sedangkan palladium melesat 5,2% ke US$1.478,66 per ons.
Reli kompak logam mulia ini memperkuat pandangan investor bahwa aset safe haven seperti emas dan perak tetap menjadi pilihan utama di tengah ketidakpastian ekonomi global yang semakin tinggi.