STOCKWATCH.ID (NEW YORK) – Bursa saham Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu (15/10/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (16/10/2025) WIB. Penguatan S&P 500 ditopang laporan keuangan yang solid dari dua bank besar, Bank of America dan Morgan Stanley, yang kembali membangkitkan optimisme di tengah ketidakpastian pasar.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York ditutup turun tipis 17,15 poin atau 0,04% menjadi 46.253,31. Indeks S&P 500 (SPX) menguat 26,75 poin atau 0,4% mencapai 6.671,06. Sementara itu, indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, naik 148,38 poin atau 0,66% ke level 22.670,08.
Saham perbankan menjadi bintang utama. Bank of America melonjak 4,4% dan Morgan Stanley naik 4,7% setelah membukukan laba dan pendapatan di atas ekspektasi pasar.
“Itu terlihat seperti para bank benar-benar mencetak hasil luar biasa, melampaui ekspektasi pendapatan dan laba,” ujar Sam Stovall, Chief Investment Strategist di CFRA Research, kepada CNBC. “Ini menjadi indikasi ekonomi masih kuat, dan ditambah dengan kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga di akhir bulan ini, hal tersebut memperkuat optimisme investor.”
Meski begitu, volatilitas pasar tetap tinggi. Investor masih berhati-hati di tengah ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China. Indeks Volatilitas Cboe (VIX) sempat naik di sesi siang dan ditutup di level 20,6, mendekati posisi tertinggi sejak akhir Mei.
Saham Nvidia yang sempat naik 2,7% berbalik arah dan ditutup turun tipis 0,1%.
Sehari sebelumnya, S&P 500 sempat mencoba bangkit namun berakhir di zona merah setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan embargo minyak goreng terhadap China. Langkah itu disebut sebagai balasan atas keputusan Beijing yang tidak membeli kedelai dari AS. Trump juga menyinggung kemungkinan pengenaan tarif tambahan hingga 100% terhadap produk asal China.
Namun, pemerintah AS tetap bersikap tegas. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan tidak akan melunak hanya karena pasar saham melemah. “Kami tidak akan bernegosiasi hanya karena pasar saham turun,” ucapnya dalam wawancara eksklusif di CNBC’s Invest in America Forum. “Kami akan bernegosiasi karena kami melakukan yang terbaik secara ekonomi untuk AS.”
Selain perang dagang, ketidakpastian juga meningkat akibat penutupan sebagian pemerintahan AS yang sudah memasuki minggu ketiga. Kondisi ini membuat beberapa data ekonomi penting tertunda, menciptakan “blind spot” bagi pelaku pasar.
“Investor tampaknya belum siap membawa indeks ke rekor tertinggi baru. Mereka masih menunggu laporan keuangan berikutnya dan komentar dari Washington maupun Beijing,” kata Jose Torres, Ekonom Senior di Interactive Brokers. “Tingkat volatilitas yang tinggi menandakan potensi pergerakan tajam ke dua arah, tergantung pada berita penting yang bisa memengaruhi sentimen dan perilaku investor.”
Meski masih dibayangi perang dagang dan penutupan pemerintahan, kinerja kuat sektor perbankan memberi sinyal positif bagi pasar dan menjadi titik terang bagi Wall Street.