STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) tergelincir terhadap sejumlah mata uang utama pada akhir perdagangan Rabu (15/10/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (16/10/2025) WIB. Pelemahan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China, serta spekulasi pasar soal arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve.
Mengutip CNBC International, sentimen pasar meredup setelah hubungan dagang kedua negara kembali memanas. Pemerintah AS menyoroti kebijakan China yang memperluas pengendalian ekspor mineral tanah jarang (rare earths), yang dinilai bisa mengganggu rantai pasokan global.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, bersama Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, mengkritik langkah China tersebut. Mereka menyebut kebijakan itu sebagai ancaman terhadap stabilitas perdagangan dunia. Greer menilai tindakan Beijing “merupakan penolakan total terhadap kesepakatan dagang yang telah dibangun selama enam bulan terakhir.”
Meski begitu, keduanya menegaskan Washington tidak ingin memperburuk situasi. Namun Presiden Donald Trump sempat melontarkan ancaman akan memberlakukan tarif tambahan terhadap China sebagai bentuk balasan.
Di sisi lain, Kementerian Perdagangan China membela kebijakannya. Beijing menyebut kontrol ekspor itu merupakan respons atas berbagai tindakan AS terhadap barang dan perusahaan asal China. Pemerintah China bahkan menilai langkah AS bersikap “munafik”.
Di pasar valuta asing, dolar AS melemah 0,5% menjadi 151,13 terhadap yen Jepang dan turun 0,27% menjadi 0,799 terhadap franc Swiss. Pelemahan ini menjadi penurunan dolar untuk sesi kedua berturut-turut terhadap dua mata uang yang dikenal sebagai aset safe haven.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama termasuk euro dan yen, turun 0,3% menjadi 98,78. Ini menjadi pelemahan dua hari beruntun bagi mata uang AS tersebut.
Sementara itu, euro naik 0,2% menjadi US$1,1631 setelah sehari sebelumnya menguat 0,3%. Kenaikan euro dipicu oleh langkah pemerintah Prancis yang menangguhkan reformasi pensiun usai gelombang protes besar.
Dolar Selandia Baru juga menguat tipis 0,24% menjadi US$0,5729 setelah sempat jatuh ke level terendah enam bulan di US$0,56839 pada Selasa. Dolar Australia naik 0,54% ke US$0,652, setelah sehari sebelumnya turun 0,5% dan menyentuh level terendah sejak 22 Agustus di US$0,64405.
Analis mata uang ForexLive, Adam Button, menilai pelaku pasar masih cukup tenang menghadapi tensi perdagangan yang meningkat. “Pasar menunjukkan kemampuan luar biasa untuk mengabaikan berita terkait perdagangan. Ada keyakinan kuat bahwa AS dan China akan menemukan jalan untuk maju dan mencapai kesepakatan,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Namun, pernyataan dari Bessent dan Greer hari ini tetap menambah ketegangan. Meskipun begitu, pasar melihat bagaimana Trump dengan cepat meredakan situasi akhir pekan lalu, sehingga belum banyak yang percaya ia benar-benar ingin memicu konflik besar.”