Sabtu, Oktober 18, 2025
29.7 C
Jakarta

Dolar AS Melemah terhadap Euro, Pasar Waspadai Ketegangan AS–China dan Sinyal Dovish The Fed

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) kembali tertekan terhadap euro pada Kamis (16/10/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (17/10/2025) WIB. Pelemahan terjadi di tengah kekhawatiran ketegangan dagang antara AS dan China serta pernyataan bernada dovish dari pejabat Federal Reserve yang menurunkan sentimen pasar.

Mengutip CNBC International, indeks dolar, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,3% ke posisi 98,51 dan berada di jalur penurunan mingguan sekitar 0,3%. Dolar AS juga bergerak tipis terhadap yen, naik 0,05% ke 151,11 setelah sempat menyentuh level terendah satu minggu di 150,51.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun bertahan sedikit di atas 4%, mendekati posisi terendah dalam beberapa minggu terakhir. Kondisi ini memberi tekanan tambahan pada dolar, apalagi investor masih mencermati dampak penutupan pemerintahan AS yang berkepanjangan.

Laporan Beige Book yang dirilis The Fed juga memperlihatkan tanda-tanda pelemahan ekonomi. Laporan itu menunjukkan peningkatan pemutusan hubungan kerja dan penurunan belanja di kalangan rumah tangga berpendapatan menengah dan rendah. Gubernur The Fed, Stephen Miran, menegaskan, “Pemangkasan suku bunga kini menjadi hal yang lebih penting.”

Di sisi lain, pelaku pasar juga menyoroti langkah China yang memperluas pembatasan ekspor mineral langka. Langkah ini menuai kritik dari pejabat senior AS yang menilai kebijakan tersebut bisa mengganggu rantai pasok global.

“Pertanyaannya bagi pasar keuangan adalah apakah pembatasan ekspor mineral langka oleh China hanya bagian dari strategi tawar-menawar untuk mendapat konsesi lebih besar dari AS,” ujar Chris Turner, Kepala Pasar Global ING.

Sementara itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyampaikan Presiden Donald Trump masih berencana bertemu Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan bulan ini untuk membahas isu perdagangan.

Joseph Capurso, Kepala Divisi Valas di Commonwealth Bank of Australia, mengatakan, “Perpanjangan negosiasi perdagangan, bukan kesepakatan besar, tampaknya menjadi hasil paling realistis dibanding eskalasi saling balas tindakan.”

Dari Eropa, euro menguat 0,10% ke posisi US$1,1656 setelah menyentuh level tertinggi satu minggu. Kenaikan terjadi di tengah drama politik Prancis, di mana Perdana Menteri Sebastien Lecornu diperkirakan berhasil lolos dari dua mosi tidak percaya di parlemen.

Para analis menilai krisis politik di Prancis tidak berdampak besar pada pasar obligasi zona euro karena investor tidak melihat potensi penjualan besar-besaran tanpa adanya pemilu baru.

Sementara di Asia, yuan China menguat ke level tertinggi dua minggu terhadap dolar AS setelah bank sentral negara itu menetapkan titik tengah harian terkuat dalam satu tahun terakhir.

Dari Australia, dolar Australia turun ke US$0,6491 setelah data menunjukkan tingkat pengangguran naik ke level tertinggi hampir empat tahun pada September. Data tersebut memperkuat spekulasi pemangkasan suku bunga di negara itu.

Di Jepang, pelaku pasar menantikan dinamika politik baru menjelang pemilihan perdana menteri yang diperkirakan berlangsung pekan depan. “Apa pun hasil pemilihan nanti, kemungkinan besar pasar akan memperhitungkan kebijakan fiskal yang lebih ekspansif,” ujar Shinichiro Kadota, Kepala Strategi Valas dan Suku Bunga Jepang di Barclays Tokyo.

Ia menambahkan, “Kami tetap mempertahankan posisi long terhadap dolar AS terhadap yen, sambil mengantisipasi potensi intervensi atau kenaikan suku bunga Bank of Japan jika penguatan dolar berlanjut.”

Artikel Terkait

Tumbuh 32,16%, Laba Bali Towerindo Rp138,72 Miliar per September 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI)...

Penerbitan Surat Utang Korporasi Masih Prospektif di Akhir 2025, Tapi Waspadai Risiko – risiko Ini

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru