STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berhasil membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,06 triliun pada Januari-September 2025, naik 0,7% jika dibandingkan Rp1,05 triliun pada periode yang sama 2024.
Emiten semen ini mampu mencatatkan laba bersih di tengah penurunan penjualan sepanjang Januari-September 2025. Pendapatan bersih INTP turun 3,0% menjadi 12,9 triliun pada Januari-September 2025, dari Rp13,3 triliun pada periode sama 2024.
INTP mencatat total volume penjualan semen dan klinker sebesar 14.443 ribu ton pada periode sembilan bulan 2025, turun 2,0% dibandingkan 14.738 ton pada sembilan bulan 2024. Hal ini menghasilkan margin Laba Bruto sebesar Rp4,04 triliun atau 31,3% dari pendapatan neto untuk periode sembilan bulan pada 2025.
Beban usaha turun 0,8% menjadi Rp2,69 triliun, dan beban operasi lain turun menjadi Rp32,3 miliar, terutama akibat kerugian selisih kurs sepanjang tahun. Margin Laba Usaha tercatat 10,2% dan EBITDA sebesar 19,1% untuk periode sembilan bulan pada 2025.
Pendapatan keuangan naik 95,8% menjadi Rp2,9 miliar, berasal dari pendapatan bunga atas jumlah kas yang lebih besar dibandingkan dengan tahun lalu. Beban pajak penghasilan turun 1,2% menjadi sebesar Rp270,7 miliar. Sehingga laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp1,06 triliun, naik 0,7% pada sembilan bulan 2025.
Per September 2025, Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) mencatat posisi kas bersih dengan Kas dan Setara Kas sebesar Rp3,7 triliun per 30 September 2025.
Corporate Secretary INTP Dani Handajani, dalam keterangan, Rabu 5 November 2025 mengatakan, Indocement telah memperkirakan permintaan domestik akan menurun sekitar 2%–3% pada tahun 2025. Ini terutama karena pemotongan anggaran infrastruktur tahun ini dan daya beli yang lemah.
Namun, Perseroan mengantisipasi peningkatan permintaan pada tahun 2026 dengan perkiraan awal pertumbuhan sekitar 1% dari tahun 2025.
“Ini didorong oleh upaya-upaya Pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, seperti, paket stimulus, penurunan suku bunga, perpanjangan diskon PPN untuk properti residensial, dan peningkatan alokasi anggaran untuk pekerjaan umum,” katanya. (konrad)
