STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia melemah pada penutupan perdagangan Rabu (19/11/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (20/11/2025) WIB. Penurunan muncul setelah laporan Reuters menyebut Amerika Serikat kembali mendorong upaya mengakhiri perang Rusia-Ukraina dan sudah menyiapkan kerangka penyelesaiannya.
Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent turun US$1,38 atau 2,13% ke US$63,51 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) jatuh US$1,30 atau 2,14% ke US$59,44 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Dua sumber menyampaikan kepada Reuters Amerika Serikat sudah memberi sinyal kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk menerima kerangka penyelesaian yang disusun Washington. Kerangka ini mencakup penyerahan wilayah dan sejumlah senjata oleh Kyiv.
Analis menilai akhir perang bisa membuka jalan bagi peningkatan pasokan minyak Rusia ke pasar global. Kondisi tersebut memicu kekhawatiran kelebihan pasokan.
Spesialis energi TP ICAP Group, Scott Shelton, mengatakan, “Dengan jumlah minyak yang berada di atas air, di penyimpanan terapung, dan yang sudah terkena sanksi, harga bisa turun ke kisaran 50-an. Minyak Rusia yang terkena sanksi berpotensi masuk lagi ke pasar.”
Amerika Serikat bulan lalu mengumumkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil. Batas waktu penghentian kerja sama bisnis jatuh pada 21 November. Departemen Keuangan AS menyampaikan pada Senin sanksi ini sudah menekan pendapatan minyak Moskow dan bisa mengurangi jumlah minyak yang dijual Rusia dalam jangka panjang.
Analis minyak Rystad Energy, Janiv Shah, mengatakan, “Ada tekanan maksimum sekarang saat tenggat hari Jumat semakin dekat.” Ia menambahkan premi risiko geopolitik turun sehingga investor lebih fokus pada fundamental pasar yang lemah.
Di sisi lain, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak menyangkal sanksi mempengaruhi produksi minyak. Ia menyampaikan Rusia akan mencapai kuota produksi OPEC+ pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.
Tekanan penurunan harga sedikit tertahan oleh laporan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat. Lembaga tersebut mencatat stok minyak mentah AS turun lebih besar dari perkiraan pekan lalu akibat peningkatan aktivitas kilang dan ekspor.
