Senin, November 24, 2025
31.9 C
Jakarta

Ekspor Emas Kena Bea Keluar Mulai 2026, UNTR Mulai Cari Pembeli Baru di Dalam Negeri

STOCKWATCH.ID (LAMPUNG) – Pemerintah menyiapkan kebijakan baru untuk ekspor emas dan mulai menerapkannya pada 2026. Kebijakan ini mencakup bea keluar dengan tarif 7,5% sampai 15% sesuai jenis emas yang diekspor.

Aturan tersebut berlaku untuk empat kategori emas, yaitu dore, granules, cast bars, dan minted bars. Tarif dibuat progresif sehingga produk yang sudah diproses lebih jauh dikenai tarif lebih rendah.

Besaran tarif akan menyesuaikan pergerakan harga emas dunia. Ketika harga emas global naik tinggi, tarif bea keluar ikut meningkat untuk menangkap potensi keuntungan lebih besar. Simulasi menunjukkan tarif bisa mencapai 15% jika harga emas menembus US$3.200 per troy ons.

Kebijakan ini disiapkan untuk mendorong hilirisasi emas di dalam negeri. Pemerintah ingin proses pengolahan dilakukan lebih banyak di Indonesia agar nilai tambah tidak hilang ke luar negeri. Kebijakan ini juga bertujuan menjaga pasokan emas lokal dan memperkuat penerimaan negara dari ekspor komoditas bernilai tinggi.

Aturan teknis kebijakan sedang difinalisasi melalui rancangan peraturan menteri keuangan. Peraturan tersebut akan mengatur rincian tarif untuk setiap jenis emas. Pemerintah menargetkan penerimaan dari bea keluar emas mencapai Rp42,56 triliun pada 2026.

Pemerintah juga mencabut fasilitas pengecualian impor emas batangan yang sebelumnya digunakan untuk produksi perhiasan ekspor. Impor emas batangan kini dikenai PPh Pasal 22 sebesar 0,25% dari nilai impor.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menyampaikan kebijakan ini dibuat fleksibel. Ia menegaskan tarif bisa dinaikkan saat harga emas global menguat dan bisa dihapus saat harga turun. Kebijakan ini disiapkan agar industri tetap kompetitif ketika pasar tidak stabil.

PT United Tractors Tbk (UNTR) menanggapi perubahan ini dengan menyiapkan strategi baru. Corporate Secretary UNTR, Ari Setiawan, menjelaskan komposisi penjualan emas perusahaan saat ini masih didominasi pasar luar negeri. “Mengenai ekspor emas, saat ini porsinya sekitar 80-90% (umumnya ke Singapura) dan sisanya domestik. Namun, dengan adanya kebijakan terkait ekspor, perusahaan berencana mencari pembeli domestik lebih banyak (multi-source),” ujarnya, ujarnya di Lampung, ditulis Sabtu (22/11/2025).

Saat ini UNTR sudah mengoperasikan dua tambang emas. Tambang Martabe yang dikelola PT Agincourt Resources dengan kepemilikan 95% memiliki kapasitas produksi 220 ribu hingga 230 ribu ons per tahun. Tambang Sumbawa Jutaraya (SJR) diperkirakan memproduksi 18 ribu ons tahun ini dan ditargetkan naik menjadi 35 ribu hingga 40 ribu ons dalam jangka panjang.

UNTR menargetkan produksi emas tahun ini sebesar 234.000 ons. Untuk tahun depan, target turun sedikit menjadi 215.000 hingga 220.000 ons. Penurunan produksi terjadi karena kapasitas Tailings Storage Facility (TSF) di Martabe hampir penuh. Perusahaan sedang membangun fasilitas baru yang diperkirakan selesai pada 2027.

UNTR menyampaikan penyesuaian strategi penjualan menjadi langkah penting menjelang penerapan kebijakan baru. Perusahaan berharap pasar domestik dapat menyerap lebih banyak produksi di tengah perubahan regulasi ekspor.

- Advertisement -

Artikel Terkait

Pernyataan Pejabat The Fed Angkat Harga Emas yang Sempat Tertekan

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia bergerak stabil pada...

Harga Minyak Dunia Melemah, Investor Cemas Menunggu Detail Rencana Perdamaian Trump

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia melemah pada penutupan...

Data Tenaga Kerja AS Bikin Pasar Kaget, Harga Emas Langsung Melorot

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia melorot pada perdagangan...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru