STOCKWATCH.ID (JAKARTA) —– PT Link Net Tbk (LINK) tengah menjadi sorotan pelaku pasar modal. Harga saham emiten penyedia layanan internet ini mendadak melonjak tajam pada awal Desember 2025. Kenaikan yang tidak biasa ini memicu pertanyaan dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Manajemen Link Net pun memberikan klarifikasi resmi terkait volatilitas transaksi tersebut.
Corporate Secretary Link Net, Rininta Agustina Widya Pratika, menjelaskan situasi yang terjadi pada 3 Desember 2025. Harga saham LINK ditutup menguat Rp 760 atau 21,65% menjadi Rp 4.270 per lembar. Aktivitas perdagangan juga meningkat drastis. Volume saham yang diperdagangkan mencapai 1.145.300 lembar dengan frekuensi 797 kali. Angka ini jauh di atas rata-rata perdagangan hari sebelumnya.
“Pada tanggal 3 Desember 2025 telah terjadi peningkatan aktivitas dan harga saham PT Link Net Tbk (LINK),” ujar Rininta dalam keterbukaan informasi, Senin (8/12/2025).
Menjawab pertanyaan BEI, manajemen menegaskan tidak mengetahui adanya informasi material yang belum diungkapkan kepada publik.
“Sampai dengan tanggal surat ini, Perseroan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal dimaksud,” tegasnya.
Namun, ada hal menarik yang diungkapkan Rininta. Perseroan ternyata sedang mempertimbangkan aksi korporasi berupa pengalihan saham hasil pembelian kembali atau buyback. Langkah ini berkaitan dengan pemenuhan aturan free float atau saham publik yang masih minim.
“Perseroan saat ini tengah mempertimbangkan untuk melaksakan pengalihan saham atas hasil pembelian kembali yang dimiliki oleh Perseroan, sehubungan dengan belum terpenuhinya Ketentuan V.1.1. Peraturan BEI Nomor I-A, dimana jumlah saham Free Float Perseroan sampai dengan tanggal surat ini adalah sebesar 6,22%,” ungkap Rininta.
Terkait isu rencana pemegang saham utama terhadap kepemilikan sahamnya, manajemen mengaku belum mendapatkan informasi lebih lanjut. Rininta memastikan akan segera mengumumkan jika ada perkembangan terbaru sesuai regulasi yang berlaku.
“Perseroan belum mendapatkan informasi lebih lanjut sehubungan dengan rencana pemegang saham utama terkait kepemilikan sahamnya di Perseroan dalam waktu dekat,” pungkasnya.
