Senin, Desember 22, 2025
30.5 C
Jakarta

Disaksikan Vladimir Putin, RI Teken Perjanjian Dagang dengan Eurasia: Emiten Sawit, Tekstil hingga Manufaktur Berpeluang Cuan?

STOCKWATCH.ID (ST. PETERSBURG, RUSIA) – Menteri Perdagangan (Mendag) RI Budi Santoso resmi menandatangani Persetujuan Perdagangan Bebas antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia (Indonesia–EAEU FTA). Momen bersejarah ini berlangsung di St. Petersburg, Rusia, pada Minggu (21/12/2025).

Penandatanganan ini terasa spesial karena disaksikan langsung oleh Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin. Selain itu, hadir pula kepala pemerintahan dari negara anggota Uni Ekonomi Eurasia lainnya untuk menyaksikan kesepakatan strategis ini.

Mendag Budi Santoso menegaskan perjanjian ini bukan sekadar simbol politik atau ekonomi semata. Kesepakatan ini menandai babak baru kemitraan strategis antara Indonesia dengan kawasan Eurasia yang memiliki potensi pasar sangat besar.

“Menindaklanjuti arahan Presiden untuk membuka pasar baru bagi pelaku usaha Indonesia, hari ini saya menandatangani persetujuan dagang bersejarah dengan Uni Ekonomi Eurasia. Indonesia-EAEU FTA tidak hanya tentang penurunan tarif, melainkan tentang membangun jembatan ekonomi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan. Penandatanganan ini juga merupakan upaya diversifikasi pasar tujuan ekspor Indonesia, dan potensi sumber investasi baru khususnya terkait sektor manufaktur dan pertanian,” ujar Mendag Budi, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (22/12/2025).

Melalui perjanjian ini, Uni Ekonomi Eurasia memberikan komitmen preferensi tarif kepada Indonesia sebesar 90,5% dari total pos tarif. Angka ini mencakup 95,1% dari total nilai impor kawasan tersebut dari Indonesia.

“Dengan preferensi tarif hingga 90,5 persen dari total pos tarif Uni Ekonomi Eurasia, produk unggulan Indonesia akan memperoleh akses pasar yang lebih luas dan kompetitif. Hal ini mendorong peningkatan ekspor sawit dan turunannya, alas kaki, tekstil dan produk tekstil, produk perikanan, karet alam, furnitur, serta produk manufaktur seperti elektronik. Preferensi dan berbagai kemudahan tersebut membuka peluang besar bagi Indonesia untuk merebut pangsa pasar dari negara pesaing,” jelas Mendag Budi.

Kerja sama ini membuka pintu pasar nontradisional di kawasan Eurasia yang memiliki populasi 180 juta penduduk. Kawasan ini memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai US$ 2,56 triliun.

Sementara bagi Eurasia, Indonesia menawarkan pasar potensial dengan 281,6 juta penduduk dan PDB US$ 1,4 triliun. Kelas menengah di Indonesia juga terus tumbuh secara eksponensial.

“Persetujuan ini akan memberikan kepastian kerangka hukum dan transparansi bagi dunia usaha, sehingga iklim perdagangan menjadi lebih dapat diprediksi dan kondusif. Selain itu, Pemerintah Indonesia akan memastikan implementasi persetujuan ini berjalan efektif, transparan, dan berpihak pada dunia usaha dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” pungkas Mendag Budi.

Kepala Komisi Uni Ekonomi Eurasia, Bakytzhan Sagintayev, menyambut baik kesepakatan ini. Pihaknya optimistis volume perdagangan kedua belah pihak bakal melonjak drastis pasca implementasi perjanjian.

“Hari ini kami menandatangani dokumen penting, yaitu FTA antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia. Kami berharap, setelah perjanjian ini mulai diimplementasikan, perdagangan antara negara-negara kami dapat meningkat hingga dua kali lipat,” ujar Sagintayev.

Perundingan Indonesia-EAEU FTA ini tergolong cepat. Prosesnya dimulai pada 2023 dan rampung hanya dalam waktu dua tahun. Perjanjian ini terdiri atas 15 bab yang mencakup akses pasar barang, fasilitasi perdagangan, serta kerja sama ekonomi.

Total perdagangan Indonesia dengan Uni Ekonomi Eurasia pada periode Januari–Oktober 2025 tercatat sebesar US$ 4,4 miliar. Nilai ekspor Indonesia ke kawasan tersebut mencapai US$ 1,76 miliar. Sementara itu, impor Indonesia dari Uni Ekonomi Eurasia tercatat sebesar US$ 2,64 miliar.

Produk ekspor andalan Indonesia ke kawasan ini meliputi minyak sawit, minyak kelapa, kopi, dan kakao. Sebaliknya, Indonesia banyak mengimpor batu bara, pupuk kalium, gandum, dan besi baja dari Eurasia.

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Djatmiko Bris Witjaksono, mengingatkan pekerjaan rumah selanjutnya adalah tahap implementasi. Pelaku usaha diminta bersiap memanfaatkan fasilitas ini.

“Walaupun perundingan telah selesai, pekerjaan sebenarnya baru dimulai. Kolaborasi seluruh pihak dibutuhkan untuk memastikan bahwa FTA dengan Uni Ekonomi Eurasia dapat dimanfaatkan secara optimal dan berbagai tantangan implementasi dapat diatasi secara efektif,” tambah Djatmiko.

- Advertisement -

Artikel Terkait

Likuiditas Ekonomi Makin Deras, Uang Beredar Tembus Rp 9.891,6 Triliun di November 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Likuiditas perekonomian di Indonesia menunjukkan tren...

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$ 423,9 Miliar, BI Pastikan Tetap Sehat

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi Utang...

BI Perkirakan Penjualan Eceran November 2025 Tumbuh 5,9%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Indonesia (BI) memperkirakan kinerja penjualan...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru