STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) merilis data terbaru mengenai persebaran investor domestik di tanah air per 19 Desember 2025. Pulau Jawa masih menjadi pusat utama perputaran uang di pasar modal. Wilayah ini menguasai total aset mencapai Rp6.400,59 triliun.
Angka tersebut setara dengan 94,42% dari total aset keseluruhan pasar modal Indonesia. Wilayah Jawa, termasuk DKI Jakarta, juga mendominasi dari sisi populasi. Sebanyak 68,91% dari total investor domestik berdomisili di pulau ini.
DKI Jakarta menjadi kontributor terbesar. Tercatat jumlah Single Investor Identification (SID) di ibu kota sebesar 20,50%. Nilai asetnya sangat fantastis mencapai Rp5.572,78 triliun. Jumlah ini setara dengan 82,21% dari total aset nasional.
Meski demikian, dominasi jumlah investor di Jawa sedikit menyusut. Pada tahun 2024, persentasenya tercatat 69,38%. Penurunan persentase ini terjadi seiring dengan naiknya partisipasi investor di luar Jawa.
Sumatra menempati posisi kedua dalam peta sebaran investor. Wilayah ini mencatatkan persentase investor sebesar 16,29%. Total aset di Sumatra tercatat senilai Rp138,57 triliun atau sekitar 2,04%. Angka aset ini meningkat dibandingkan tahun 2024 yang sebesar Rp110,15 triliun.
Direktur Utama KSEI, Samsul Hidayat, menjelaskan fenomena pergeseran tren ini. Ia melihat adanya kenaikan partisipasi di wilayah lain seperti Sumatra.
“Nah ini penyebaran investor domestik, bahwa saat ini kalau kita lihat, jumlah investor domestik di Pulau Jawa sebenarnya ada, secara persentase adalah 68,91% dengan aset 6.400,59 triliun. Nah investor di Pulau Jawa ini sepertinya terjadi penurunan jika dibandingkan tahun 2024, sebesar 69,3%, sementara saat ini adalah 68,9%. Nah ini mungkin sebabkan tidak hanya… bukan hanya karena penurunan, mungkin karena terjadinya perubahan tren pembukaan rekening atau partisipasi investor dengan mungkin naiknya investor misalnya di Sumatera. Dari tahun lalu hanya 15,4%, sekarang sudah menjadi 16,29%. Dengan total aset Sumatera 110,15 triliun Rupiah,” ujar Samsul.
Pertumbuhan juga terlihat di wilayah Kalimantan. KSEI mencatat jumlah investor di sana sebesar 4,99%. Total asetnya mencapai Rp183,19 triliun atau 2,70%. Nilai ini naik dari aset tahun sebelumnya yang sebesar Rp165,43 triliun.
Samsul merinci lebih lanjut mengenai data di wilayah Indonesia Tengah dan Timur.
“Begitupun juga di Kalimantan, angkanya juga meningkat dari 4,8 menjadi 4,9% investor, dengan total aset yang tadinya Rp165,43 triliun sekarang menjadi Rp183,19 triliun. Di Sulawesi mengalami penurunan yaitu dari 5,4% menjadi 5,3% dengan total aset Rp23,18 triliun. Di Maluku juga mengalami penurunan sebenernya, 1,2% menjadi 0,99%. Cuman dari sisi nilai aset terjadi kenaikan, menjadi Rp6,67 triliun di tahun 2025 ini dari Rp6,22 triliun di awal tahun 2025. Bali NTB sedikit mengalami penurunan dari 3,6 menjadi 3,51% dengan total aset sebesar Rp26,21 triliun, yang meningkat dibandingkan dengan total aset Bali, NTB, dan NTT tahun 2024 yang di angka Rp23,4 triliun,” tambah Samsul.
Data persebaran ini dirilis di tengah lonjakan jumlah investor pasar modal secara nasional. KSEI mencatat total SID meningkat 35% pada tahun ini. Angkanya naik dari 14,87 juta pada tahun 2024 menjadi 20,12 juta pada 19 Desember 2025.
Jumlah tersebut merupakan data terkonsolidasi. Ini mencakup investor saham, surat utang, reksa dana, Surat Berharga Negara (SBN), dan efek lainnya.
Secara rinci, terdapat 8,50 juta investor saham dan efek lainnya. Angka ini naik 33% dari posisi tahun 2024 sebanyak 6,38 juta investor. Investor reksa dana tercatat sebanyak 18,99 juta atau meningkat 35% dari sebelumnya 14,03 juta. Sementara itu, investor SBN mencapai 1,40 juta. Jumlah ini tumbuh 17% dari tahun lalu yang sebanyak 1,19 juta investor.
