STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) memang tengah mengalami tekanan. Namun, rencana BRI untuk melakukan buyback saham senilai Rp3 triliun bukan semata-mata karena harga saham turun.
Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto, menegaskan bahwa buyback ini merupakan bagian dari program kepemilikan saham pekerja. Program ini sudah berjalan sejak 2015 dengan tujuan meningkatkan keterlibatan pekerja dalam mendukung pertumbuhan kinerja perusahaan dalam jangka panjang.
“Buyback ini tidak semata-mata dalam konteks turunnya harga saham, tetapi sebagai bagian dari program kepemilikan saham pekerja. Dengan program ini, pekerja diberikan insentif agar bersama-sama memberikan sentimen positif terhadap pergerakan harga saham BRI,” ujar Catur dalam konferensi pers pemaparan kinerja keuangan BRI di Jakarta, Rabu (12/2/2025).
Selain itu, buyback ini juga bertujuan memperkuat kepercayaan pemegang saham dan stakeholder terhadap kinerja serta prospek bisnis BRI ke depan.
Direktur Utama BRI, Sunarso, menegaskan buyback ini bukan karena ada masalah dengan fundamental perusahaan.
“Pasar tidak bisa dibangun sendirian. Maka saya sebagai CEO akan fokus pada hal-hal yang bisa saya kendalikan,” kata Sunarso.
Menurutnya, ada tiga hal utama yang menjadi fokus manajemen BRI. Pertama, memastikan tata kelola perusahaan (governance) berjalan dengan baik. Kedua, menjaga pertumbuhan tetap berkelanjutan dengan manajemen risiko yang kuat. Ketiga, membangun ketahanan (resilience) terhadap kinerja perusahaan.
“Fundamental BRI tetap baik. Kalau pasar merespons negatif, itu bukan karena persoalan fundamental. Ada pihak-pihak yang mungkin ingin menciptakan ketakutan dan menjatuhkan harga saham, tapi kami tetap fokus menjaga kinerja,” tegasnya.
Buyback ini akan mengacu pada aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebelumnya, BRI juga telah melakukan buyback pada 2015, 2020, 2022, dan 2023, yang kemudian dialihkan untuk program kepemilikan saham.
Rencana ini akan diajukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada 11 Maret 2025. Jika disetujui, pembelian kembali saham akan berlangsung dari 12 Maret 2025 hingga 11 Maret 2026.
Dana buyback akan menggunakan kas internal perusahaan. Biaya tambahan, seperti komisi perantara pedagang efek dan lainnya, diperkirakan tidak lebih dari 0,22% dari total nilai buyback.