STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mendorong perusahaan berskala besar atau lighthouse company untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO).
Untuk diketahui, perusahaan yang masuk kategori lighthouse ini harus punya kapitalisasi pasar di atas Rp3 triliun. Selain itu, saham yang dilepas ke publik atau free float-nya juga harus minimal 15%.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, hingga 20 Juni 2025, sudah ada tiga perusahaan lighthouse yang berhasil melantai di Bursa. Ketiganya adalah PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), dan PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI).
RATU resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 8 Januari 2025. Dalam aksi IPO ini, RATU melepas 543.010.800 saham ke publik. Harga penawaran ditetapkan Rp 1.150 per saham. Total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 624 miliar.
Adapun CBDK melantai di BEI pada 13 Januari 2025. Perusahaan ini menawarkan 566.894.500 saham kepada publik. Harga saham dipatok Rp 4.060 per lembar. Dari IPO ini, CBDK berhasil meraup dana sekitar Rp 2,3 triliun.
Sementara itu, YUPI resmi tercatat di BEI pada 25 Maret 2025. Perusahaan permen kenyal terbesar di Indonesia ini melepas 854.448.900 saham. Harga IPO ditetapkan sebesar Rp 2.390 per saham. Dana yang berhasil dikumpulkan mencapai Rp 2,042 triliun.
“BEI sendiri menargetkan lima IPO lighthouse pada tahun 2025,” terang Nyoman, di Jakarta, Senin (23/6/2025).
Nyoman menambahkan, masih ada tiga antrean IPO lighthouse dalam pipeline BEI. Ketiga perusahaan berukuran besar tersebut ditargetkan go public tahun ini. “Sampai dengan 20 Juni 2025, terdapat tiga calon Perusahaan Tercatat dalam pipeline BEI,” imbuhnya.
Dari ketiga calon emiten jumbo tersebut, salah satunya adalah PT Catur Dharma Indera Analitika (CDIA). Anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang dimiliki oleh konglomerat Prajogo Pangestu itu, akan melepas sebanyak 12.482.937.500 saham ke publik. Harga penawaran IPO berkisar antara Rp170 hingga Rp190 per saham. CDIA berpotensi meraih dana segar senilai Rp2,1 triliun hingga Rp2,4 triliun.
Sebelumnya, IPO lighthouse banyak diharapkan berasal dari grup Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Apalagi antara BEI dan dan Kementerian BUMN telah ada kesepakatan untuk membawa grup BUMN IPO. Namun, seiring beralihnya BUMN ke BP Danantara menimbulkan spekulasi bahwa kemungkinan IPO dari perusahaan pelat merah mengalami penundaan.
Menanggapi hal tersebut, Nyoman menegaskan saat ini BEI tengah menyusun kajian strategis untuk mendorong lebih banyak IPO dari perusahaan besar. Selain BUMN, BEI juga membuka peluang bagi perusahaan konglomerasi dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Kajian ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan sebagai narasumber. Mulai dari grup usaha besar, perusahaan calon emiten, investor institusi dan ritel, hingga lembaga pemerintah.
Tujuan kajian ini adalah memahami minat perusahaan besar terhadap IPO. BEI juga ingin menggali tantangan yang dihadapi pelaku usaha serta menyusun rekomendasi perbaikan regulasi dan infrastruktur pasar.
Selain itu, BEI memiliki unit kerja khusus yang aktif mendampingi perusahaan dalam mempersiapkan diri menjadi perusahaan publik. Pendampingan ini menyasar perusahaan dengan skala aset besar, termasuk dari kalangan swasta, BUMN, maupun BUMD.
Proses pendampingan dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti go public workshop, coaching clinic, one-on-one meeting, dan networking event.
Kegiatan tersebut mempertemukan pelaku usaha dengan para profesional pendukung pasar modal. Harapannya, perusahaan bisa lebih mudah mengakses pasar modal dan mempercepat proses transformasi menjadi perusahaan terbuka.
Terkait peran Danantara sebagai liquidity provider untuk IPO lighthouse tersebut, Nyoman menegaskan bahwa peraturan BEI saat ini hanya mengizinkan Anggota Bursa untuk menjadi liquidity provider, khususnya untuk perdagangan saham.
Namun, BEI tetap menyambut baik peran Danantara, terutama bila dapat mendorong anak perusahaan BUMN yang menjadi Anggota Bursa agar aktif sebagai liquidity provider.
“Hal ini dapat meningkatkan pendalaman pasar, likuiditas, dan kepercayaan investor,” pungkas Nyoman.