Selasa, Agustus 5, 2025
28.2 C
Jakarta

BI Siap Pangkas BI Rate Akhir 2024, Ini Pertimbangannya!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) –  Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, memberikan sinyal kuat bahwa ada kemungkinan penurunan BI Rate pada triwulan IV 2024. Perry menegaskan, keputusan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi global, terutama terkait perkembangan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) dan pergerakan dolar AS.

Perry menjelaskan, penurunan suku bunga BI Rate sangat mungkin terjadi jika ada kejelasan mengenai Fed Fund Rate, suku bunga US Treasury, dan tren dolar AS. “Ruang penurunan BI Rate terbuka. Yang kami tunggu adalah kondisi global,” kata Perry, dalam keterangan pers, usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, di Jakarta, Rabu 21/8/2024)..

Ia menambahkan bahwa penurunan fFed Fund Rate AS kemungkinan besar akan berdampak pada penurunan suku bunga US Treasury, terutama untuk yang berjangka waktu 2 tahun. Sementara itu, untuk US Treasury 10 tahun, meskipun akan mengalami penurunan, dampaknya tidak akan sebesar yang terjadi pada US Treasury 2 tahun.

“US Treasury 10 tahun akan turun, tapi tetap akan more or less sama. Sementara US Treasury yang 2 tahun akan terus turun mengikuti Fed Fund Rate,” jelas Perry.

Selain itu, Perry juga mengungkapkan bahwa dolar AS saat ini mengalami pelemahan terhadap berbagai mata uang dunia. Pelemahan ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk Fed Fund Rate, suku bunga US Treasury, dan risiko geopolitik seperti Pilpres di AS. Meski demikian, Perry memprediksi bahwa dolar AS akan terus melemah ke depannya.

Dalam rapat Dewan Gubernur Bulanan, Perry kembali menegaskan bahwa BI masih melihat peluang untuk menurunkan BI Rate pada triwulan IV 2024. Namun, fokus utama BI pada triwulan III ini adalah memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah.

“Preferensi kami, dan memang secara fundamental, rupiah masih akan cenderung menguat,” ujar Perry.

Penguatan rupiah dinilai sangat positif bagi ekonomi Indonesia, terutama dalam menjaga harga-harga tetap stabil, khususnya harga pangan. Selain itu, rupiah yang kuat juga mendukung sektor-sektor yang memiliki kandungan impor tinggi, seperti industri tekstil dan manufaktur, yang pada akhirnya akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja.

“Penguatan rupiah itu baik bagi ekonomi. Satu, mendukung harga yang lebih rendah termasuk harga pangan dan inflasi. Kedua, mendukung pertumbuhan ekonomi termasuk sektor-sektor yang padat karya dan impor tinggi,” tambah Perry.

Perry juga menekankan bahwa penguatan rupiah akan berdampak positif pada stabilitas keuangan dan perbankan Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan moneter BI tetap akan pro-stabilitas dengan fokus pada penguatan lebih lanjut stabilisasi nilai tukar rupiah.

Artikel Terkait

Pertumbuhan Ekonomi RI Kalah Tipis dari Vietnam, Unggul dari AS dan Korsel!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12% secara tahunan...

Kabar Gembira, Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,99% di Semester I 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perekonomian...

BPS, Inflasi Year on Year pada Juli 2025 sebesar 2,37%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru