STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah bergerak stabil pada penutupan perdagangan Jumat (4/7/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (5/7/2025) WIB. Ini terjadi setelah negara-negara produsen minyak utama dalam aliansi OPEC+ sepakat menaikkan produksi lebih besar dari perkiraan untuk Agustus.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September ditutup di US$68,30 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Agustus ditutup di US$66,50 per barel.
Delapan negara penghasil minyak, termasuk Arab Saudi dan Rusia, menyepakati kenaikan produksi sebesar 548.000 barel per hari. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding ekspektasi sebelumnya yang hanya sekitar 411.000 barel per hari.
Keputusan ini diambil dalam pertemuan virtual pada Sabtu. Selain Rusia dan Arab Saudi, negara lain yang ikut serta adalah Aljazair, Irak, Kazakhstan, Kuwait, Oman, dan Uni Emirat Arab.
Sekretariat OPEC menyatakan alasan utama kenaikan produksi ini adalah karena “prospek ekonomi global yang stabil dan kondisi pasar yang sehat saat ini, seperti yang tercermin dari rendahnya persediaan minyak dunia.”
Kedelapan negara ini sebelumnya telah menjalankan dua skema pemangkasan produksi secara sukarela di luar kebijakan resmi OPEC+.
Pemangkasan pertama sebesar 1,66 juta barel per hari akan tetap berlaku hingga akhir tahun depan. Sementara pemangkasan tambahan sebesar 2,2 juta barel per hari dijadwalkan berakhir pada kuartal pertama tahun ini.
Awalnya, negara-negara tersebut berencana menaikkan produksi sebesar 137.000 barel per hari setiap bulan hingga September 2026. Namun, laju peningkatan ini hanya berlangsung konsisten pada April.
Mulai Mei hingga Juli, mereka mempercepat laju kenaikan menjadi 411.000 barel per hari. Dan pada Agustus, langkah ini dipercepat lagi menjadi 548.000 barel per hari.
Lonjakan permintaan musiman selama musim panas turut mendorong kenaikan harga minyak dalam beberapa pekan terakhir. Situasi juga sempat memanas akibat perang selama 12 hari antara Israel dan Iran yang menimbulkan kekhawatiran atas pasokan minyak, terutama yang melalui Selat Hormuz.