STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) berencana menawarkan surat utang senilai Rp500 miliar pada 22-30 Desember 2025. Surat utang terdiri atas Obligasi Berkelanjutan I BWPT Tahap III Tahun 2025 senilai Rp210 miliar, dan Sukuk Mudharabah I Tahap II Tahun 2025 sebesar Rp290 miliar. Pencatatan obligasi dan sukuk BWPT di Bursa Efek Indonesia pada 7 Januari 2026,
Direksi BWPT dalam prospektus tambahan rencana penawaran umum obligasi yang disampaikan di Jakarta, Selasa 9 Desember 2025 mengemukakan, sebesar Rp171,91 miliar dari total penerbitan obligasi berkelanjutan Rp210 miliar dijamin dengan kesanggupan penuh (full commitment). Sedangkan Rp38,08 miliar akan dijamin dengan kesanggupan terbaik (best effort).
Obligasi BWPT Rp171,91 miliar itu terdiri atas seri A dengan jumlah pokok Rp46,910 miliar memiliki bunga tetap 9,75% per tahun berjangka waktu 370 hari, dan seri B Rp125,005 miliar berbunga tetap 11% per tahun dan tenor tiga tahun.
Bunga obligasi dibayarkan setiap 3 bulan. Pembayaran bunga pertama dilakukan pada 6 April 2026, dan pembayaran terakhir sekaligus jatuh tempo masing-masing obligasi pada 16 Januari 2027 Seri A, dan 6 Januari 2029 Seri B.
Adapun sebesar Rp267,07 miliar dari Sukuk Mudharabah dijamin dengan kesanggupan penuh (full commitment). Sukuk ini terdiri atas Seri A Rp165,70 miliar dengan nisbah 15,975% dari pendapatan yang dibagihasilkan dengan indikasi bagi hasil ekuivalen 9,75% berjangka waktu 370 hari.
Sedangkan Seri B sebesar Rp101,37 miliar dengan nisbah bagi hasil 18,023% dari pendapatan yang dibagihasilkan dengan indikasi bagi hasil sebesar ekuivalen 11% per tahun memiliki tenor tiga tahun. Sementara sisa dari Sukuk Rp22,92 miliar akan dijamin secara kesanggupan terbaik (best effort).
Dana hasil penerbitan obligasi setelah dikurangi biaya-biaya emisi sebesar Rp180 miliar digunakan sebagai setoran modal kepada entitas anak, untuk pembayaran seluruh pokok utang bank. Adaoun sisanya untuk modal kerja berupa pembelian persediaan tandan buah segar, dan minyak kelapa sawit, biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan seperti pupuk, energi dan bahan bakar, serta biaya overhead.
Sedangkan dana hasil penawaran umum sukuk mudharabah setelah dikurangi biaya-biaya emisi, sekitar Rp100 miliar digunakan untuk pembayaran pokok utang, dan sisanya buat modal kerja, yakni pembelian persediaan seperti tandan buah segar, minyak kelapa sawit, biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan seperti pupuk, energi dan bahan bakar, serta biaya overhead. (konrad)
