STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Delta Giri Wacana Tbk (DGWG) akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia melalui mekanisme initial public offering (IPO). Perusahaan yang berkecimpung di sektor bahan kimia dan agro bisnis ini bakal melepas 1,67 miliar saham baru. Jumlah tersebut setara dengan 25% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh Perseroan setelah IPO.
Berdasarkan prospektus yang dirilis, harga saham IPO ditetapkan pada kisaran Rp420 hingga Rp620 per lembar, dengan nilai nominal Rp100. Jika seluruh saham habis terjual, DGWG berpotensi meraup dana hingga Rp1,03 triliun.
Masa Penawaran Awal akan dimulai pada 2 Desember dan berakhir pada 16 Desember 2024. Tanggal efektif IPO akan jatuh pada 27 Desember 2024. Penawaran Umum Perdana Saham akan berlangsung dari 2 hingga 8 Januari 2025. Penjatahan saham dijadwalkan pada 8 Januari 2025. Saham akan didistribusikan secara elektronik pada 9 Januari 2025. Perseroan akan mencatatkan saham di BEI pada 10 Januari 2025.
Menurut manajemen DGWG, dana IPO yang sudah dikurangi biaya emisi akan dimanfaatkan untuk kebutuhan strategis perusahaan. Sebesar 54,7% dari dana tersebut akan disalurkan ke PT Fertilizer Inti Technology (FIT) sebagai penyertaan modal. Dana ini akan digunakan untuk modal kerja dan pembayaran utang.
Dari alokasi untuk FIT, sekitar 82,3% akan dipakai membeli bahan baku pupuk. Itu seperti muriate of potash, ammonium chloride, urea prill, triple super phosphate, magnesium oxide, dan lainnya. Pembelian dilakukan secara ad hoc tanpa kontrak jangka panjang. Jumlah pembelian akan menyesuaikan kebutuhan produksi dan permintaan pasar. FIT akan melibatkan pemasok pihak ketiga yang sudah berpengalaman. Sisa dana sebesar 17,7% akan digunakan untuk membayar sebagian pokok utang ke PT Bank Permata Tbk. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi beban keuangan dan memperkuat posisi perusahaan di masa depan.
Sekitar 8,9% dari dana yang diperoleh akan disalurkan ke PT Dharma Guna Wibawa sebagai penyertaan modal. Dana ini akan digunakan untuk membayar sebagian pokok utang kepada PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Maybank Indonesia Tbk, dan PT Bank SMBC Indonesia Tbk (sebelumnya PT Bank BTPN Tbk).
Sekitar 33,1% dana yang diperoleh akan digunakan untuk berbagai keperluan perusahaan. Sebagian besar, yakni 43,9%, akan dipakai untuk modal kerja. Dana ini akan digunakan untuk membeli bahan baku pembuatan pestisida, seperti paraquat, glyphosate, dan sodium cynate. Pembelian bahan baku dilakukan secara ad hoc dengan melibatkan pemasok yang sudah biasa bekerja sama dengan perusahaan. Pembelian ini disesuaikan dengan kebutuhan produksi dan permintaan pasar, tanpa kontrak jangka panjang.
Sekitar 29,8% dana akan dialokasikan untuk belanja modal, khususnya untuk pengembangan tahap kedua pabrik pestisida di Cikande, Banten. Penambahan fasilitas lini produksi ini diharapkan selesai pada 2026 dan mulai beroperasi pada awal 2027. Penambahan lini produksi ini akan meningkatkan kapasitas pabrik, mendukung rencana perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksi secara keseluruhan.
Sekitar 26,3% dana juga akan digunakan untuk membayar sebagian pokok utang kepada PT Bank UOB Indonesia dan PT Bank CIMB Niaga Tbk.
Sisa dana akan disetorkan perusahaan ke PT Semesta Alam Sejati sebagai penyertaan modal. Dana ini akan digunakan untuk modal kerja, terutama dalam pembelian bahan baku pembuatan peralatan pertanian. Beberapa bahan baku yang akan dibeli antara lain Asrene, MB Black, MB Silver, LLDPE SUPER NOBLEN, MB ANTU UV, SABIC LLDPE, sprayer beserta suku cadangnya, baterai, Tank Bottom, dan jasa assembly.
Pembelian bahan baku ini akan melibatkan beberapa pemasok pihak ketiga yang sudah bekerja sama dengan SAS. Pembelian dilakukan sesuai kebutuhan produksi dan permintaan pasar, tanpa adanya kontrak jangka panjang untuk pengadaan bahan baku tersebut.
Untuk memuluskan aksi korporasi ini, Perseroan telah menunjuka BRI Danareksa Sekuritas, Shinhan Sekuritas Indonesia, dan Samuel Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi.
DGWG Siap Jadi Pemain Global di Agrokimia!
DGWG terus menegaskan posisinya sebagai pemain utama di sektor agrokimia. Sejak berdiri pada 2001, perusahaan ini tumbuh pesat melalui inovasi dan ekspansi strategis.
Awalnya, DGWG fokus menjual pestisida merek Supremo. Namun, tingginya permintaan pasar mendorong mereka memperluas bisnis. Pada 2005, DGWG memulai bisnis bottling. Kemudian, pada 2009, perusahaan membangun fasilitas mixing dan bottling modern di Jababeka III, Bekasi.
Langkah besar diambil pada 2010 dengan membentuk jaringan distribusi internal. Upaya ini memperkuat rantai pasok dan memperluas jangkauan pasar di seluruh Indonesia. Pada 2011, DGWG mulai memasarkan pupuk NPK impor. Respons positif konsumen membuat perusahaan memproduksi pupuk NPK sendiri pada 2018 dengan membangun pabrik di Gresik, Jawa Timur.
Pada 2019, DGWG meluncurkan produk baru berupa peralatan pertanian seperti sprayer dan mulsa. Untuk mendukung ini, mereka membangun fasilitas produksi mulsa di Cikande, Banten, pada 2020.
Pada 2023, DGWG memulai pembangunan pabrik karbamasi di Cikande. Pabrik ini bertujuan mengurangi ketergantungan bahan baku impor dan memenuhi permintaan ekspor yang terus meningkat.
Dengan semua strategi ini, DGWG tidak hanya memperkuat pasar domestik, tetapi juga menargetkan pasar global. DGWG menegaskan komitmennya untuk mendukung pertanian nasional dan bersaing di pasar global. Langkah ini menjadi bukti bahwa perusahaan siap menghadapi persaingan di industri agrokimia dunia. Ini strategi Perseroan untuk keberlanjutan bisnis di tengah kompetisi yang semakin ketat.