Kamis, Agustus 7, 2025
29.8 C
Jakarta

Bukalapak Tutup Penjualan Produk Fisik di Marketplace, Begini Respon BEI dan Analis

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) memutuskan menghentikan penjualan produk fisik di platform marketplace miliknya. Keputusan ini diambil karena kontribusi produk fisik terhadap pendapatan perusahaan dinilai kecil.

Sebagai gantinya, Bukalapak kini memusatkan perhatian pada produk digital. Layanan yang akan menjadi fokus utama adalah pulsa, listrik, BPJS, pajak, dan voucher digital. Langkah ini merupakan bagian dari restrukturisasi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi.

Selain itu, Bukalapak juga ingin memperkuat bisnis inti, seperti Mitra Bukalapak, Gaming, dan Retail. Fokus baru ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan perusahaan di masa depan.

Bursa Efek Indonesia (BEI) turut memberikan tanggapan terkait kebijakan Bukalapak ini. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menyatakan meskipun ada perubahan fokus, Bukalapak masih beroperasi seperti biasa. Perubahan ini dianggap sebagai strategi untuk memperkuat lini bisnis e-commerce mereka.

“Kita sudah dengar pendapat dengan mereka. Mudah-mudahan hari ini ada keterbukaan informasi dari mereka untuk mengklarifikasi yang ditutup itu apanya. Jadi, bukan e-commerce dalam konteks bisnisnya semua ditutup, enggak,” kata Nyoman, di Jakarta, Kamis (9/1/2025)..

Nyoman menjelaskan, Bukalapak hanya akan menghentikan penjualan produk fisik di platform e-commerce-nya. Meski begitu, bisnis e-commerce secara keseluruhan tetap beroperasi. Ia juga menegaskan bahwa segmen e-commerce ini menyumbang lebih dari 50% terhadap pendapatan perusahaan.

“Yang akan ditutup di e-commerce itu produk fisik, tapi e-commerce-nya tetap jalan. Dan e-commerce-nya benar memberikan kontribusi more than 50%,” jelasnya.

Langkah ini, menurut Nyoman, adalah bagian dari strategi efisiensi. Bukalapak memutuskan untuk fokus pada segmen bisnis yang lebih menguntungkan, yaitu penjualan produk non-fisik, seperti layanan digital. Strategi ini dilakukan untuk meningkatkan profitabilitas dan relevansi bisnis mereka ke depan.

“Dia melihat yang mana yang memberikan profitability lebih tinggi atau revenue yang lebih tinggi. Dari e-commerce itu terlihat bahwa yang non-fisik lebih tinggi,” tambahnya.

BEI juga mempertanyakan relevansi penggunaan dana hasil Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO) Bukalapak yang awalnya direncanakan untuk pengembangan e-commerce. Sebagai informasi, hingga kini, Bukalapak masih memegang rekor sebagai perusahaan dengan raihan dana IPO terbesar dalam sejarah BEI. Perusahaan yang resmi melantai di BEI pada 6 Agustus 2021 itu, berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp21,90 triliun.

Nyoman memastikan penggunaan dana IPO tersebut tetap sesuai dengan tujuan awalnya. “Kita tanyakan mengenai relevansi penggunaan dana IPO. Karena tujuannya kan ada untuk pengembangan e-commerce. Ya, tentunya jadi relevan tetap dilakukan,” tegasnya.

Nyoman menekankan perubahan ini tidak berarti Bukalapak meninggalkan bisnis e-commerce sepenuhnya. Perubahan fokus ini hanya strategi untuk menentukan prioritas pada produk atau layanan yang lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

“Bisnisnya masih tetap, karena hanya komponen di dalamnya saja yang dia pilih mau fokusnya ke mana. Platform-nya masih tetap ada,” tandas Nyoman.

Kinerja Bukalapak

Hingga September 2024, Bukalapak mencatatkan pendapatan sebesar Rp3,39 triliun, meningkat 1,82% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pendapatan terbesar berasal dari segmen marketplace, yaitu Rp1,73 triliun, sementara segmen online-to-offline menyumbang Rp1,66 triliun.

Meskipun pendapatan mengalami kenaikan, Bukalapak masih mencatat rugi usaha sebesar Rp1,32 triliun, naik 2,12% dari tahun sebelumnya. Namun, rugi bersih perusahaan berhasil turun 29,91% menjadi Rp550 miliar, menunjukkan upaya efisiensi yang mulai memberikan hasil.

Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment di Pilarmas Investindo Sekuritas, dalam laporan riset terbaru mengemukakan, restrukturisasi ini juga berdampak pada pengurangan tenaga kerja yang direncanakan berlangsung dari kuartal IV/2024 hingga kuartal I/2025. Menurutnya, Bukalapak memastikan penghentian layanan e-commerce produk fisik akan dilakukan secara bertahap untuk memastikan transisi yang lancar bagi pelapak dan pembeli.

Ke depan, Bukalapak akan lebih fokus pada produk digital yang sesuai dengan tren pasar. Langkah ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan dan pemegang saham perusahaan. Layanan seperti pulsa, listrik, BPJS, dan pajak tetap tersedia bagi pengguna, sehingga konsumen masih dapat menggunakan platform Bukalapak untuk kebutuhan sehari-hari.

Maximilianus menambahkan, harga saham Bukalapak saat ini tercatat Rp117 dengan price-to-book value (PBV) rendah, yaitu 0,4x. “Last Price: 117 ; PBV : 0,4x,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Awal perdagangan, IHSG Naik 0,85% Diungkit Saham BBCA, BBRI, BMRI, BMRI, AMMN dan BRPT

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada...

Sempat Disegel Gegara Harga Melonjak, Saham IRSX Kini Kembali Dibuka

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Setelah sempat dihentikan sementara, perdagangan saham...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru