STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Bursa saham Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan dibuka melemah pada awal pekan ini. Sentimen negatif datang setelah Presiden Donald Trump mengumumkan jadwal baru pemberlakuan tarif impor. Tarif tersebut akan mulai berlaku pada 1 Agustus 2025. Sebelumnya, pasar sempat memprediksi kebijakan ini dimulai lebih cepat, yakni pada 9 Juli. Revisi jadwal ini membuat pelaku pasar waspada. Investor kembali mengantisipasi dampak dari kebijakan perdagangan tersebut terhadap ekonomi global.
Mengutip CNBC International, indeks futures Dow Jones Industrial Average turun 110 poin atau 0,3%. Kontrak berjangka S&P 500 dan Nasdaq 100 juga terkoreksi masing-masing 0,3%.
Kepastian soal jadwal tarif disampaikan Trump saat berbicara dengan wartawan pada Minggu waktu setempat, didampingi Menteri Perdagangan Howard Lutnick.
“Tarif mulai berlaku 1 Agustus. Tapi presiden sedang menetapkan besarannya dan detail kesepakatannya sekarang,” ujar Lutnick. Trump mengangguk setuju saat pernyataan itu dilontarkan.
Investor sebelumnya memperkirakan tarif akan mulai diberlakukan pekan ini. Kebijakan jeda 90 hari yang diberikan sejak April seharusnya berakhir Selasa ini. Sementara itu, batas waktu untuk mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa adalah Rabu, sebelum barang-barang dari kawasan tersebut dikenai bea masuk hingga 50%.
Saham-saham di Wall Street sebelumnya mencetak rekor tertinggi. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup menguat tajam pada Jumat karena keyakinan pasar bahwa pemerintahan Trump tidak akan memberlakukan tarif tinggi seperti yang diumumkan pada April lalu.
Gedung Putih dalam beberapa hari terakhir bahkan menyebut tenggat waktu perdagangan bulan Juli sebagai “tidak krusial”.
Namun, sebagian pelaku pasar khawatir reli saham yang sudah menyentuh rekor bisa terganggu jika tarif yang akhirnya diterapkan melebihi ekspektasi.
Rajeev Sibal, Ekonom Senior Global di Morgan Stanley, menilai proses negosiasi perdagangan biasanya membutuhkan waktu cukup panjang.
“Kesepakatan perdagangan bebas yang pernah dibuat AS rata-rata memakan waktu 3 tahun,” tulis Sibal dalam laporannya pekan lalu. Ia menambahkan, “Meski negosiasi kali ini mungkin lebih sempit, preseden sejarah tetap relevan.”
Sebagian analis masih yakin pasar bisa bertahan. Mereka percaya musim laporan keuangan mendatang bisa mendukung pasar, selama perusahaan-perusahaan mampu menunjukkan kinerja solid meski di tengah tekanan tarif.
“Saya setuju dengan siapa pun yang bilang, ‘Kita sudah mengubah aliran ekonomi dengan tarif,’ tapi itu justru kabar baik kalau hasil akhirnya positif,” kata Tom Lee, Kepala Riset Fundstrat Global Advisors, dalam acara Closing Bell di CNBC.
Lee menambahkan, “Ini adalah reli berbentuk V yang paling dibenci orang.”
Hingga saat ini, AS baru mencapai kesepakatan tarif dengan beberapa negara. Pada Mei, Washington sepakat dengan Inggris untuk mempertahankan tarif 10%. Pekan lalu, kesepakatan juga dicapai dengan Vietnam yang memangkas tarif banyak barang dari 46% menjadi 20%.