STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia melemah pada penutupan perdagangan hari Kamis sore (14/11/2024) waktu setempat. Ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan memangkas suku bunga bulan depan membuat pasar Asia tertekan. Data inflasi AS untuk Oktober yang stabil telah memunculkan harapan pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada Desember. Namun, pasar Asia merespons hal ini dengan sentimen negatif.
Mengutip CNBC International, Hang Seng di Hong Kong memimpin penurunan. Indeks ini anjlok lebih dari 2% pada sesi perdagangan terakhir. Sejak awal minggu, Hang Seng telah turun sekitar 4%. Bursa tetap beroperasi di bawah peringatan topan, sesuai aturan baru yang mengizinkan perdagangan saat cuaca ekstrem. Namun, ini tak mampu mencegah penurunan.
Di daratan China, indeks CSI 300 juga mengalami tekanan besar. Indeks ini turun 1,73% dan ditutup pada level 4.039,62. Di Jepang, Nikkei 225 ikut melemah sebesar 0,48% dan berakhir di posisi 38.535,70, sementara Topix turun 0,27% menjadi 2.701,22.
Mata uang yen Jepang juga tak luput dari tekanan. Yen sempat jatuh ke bawah 156 per US$, yang merupakan titik terendah dalam empat bulan terakhir. Pada penutupan hari ini, yen berada di level 155,94 per US$.
Di Korea Selatan, Kospi hampir stagnan dan ditutup di level 2.418,86. Sementara Kosdaq turun lebih dalam, melemah 1,17% ke level 681,56. Satu-satunya kabar positif datang dari Australia. Indeks S&P/ASX 200 naik 0,37% dan ditutup pada 8.224.
Tingkat pengangguran di Australia pada Oktober bertahan di angka 4,1%, sesuai prediksi ekonom. Namun, tambahan tenaga kerja hanya sebanyak 15.900 orang, sedikit di bawah ekspektasi. “Pasar tenaga kerja Australia masih tangguh meski suku bunga tinggi,” ujar My Bui, ekonom AMP. Menurut Bui, Bank Sentral Australia mungkin belum akan menurunkan suku bunga Desember ini, tetapi ada peluang pelonggaran pada paruh pertama 2025.
Secara keseluruhan, ketidakpastian global terus membuat pelaku pasar Asia cenderung berhati-hati. Penurunan besar di beberapa indeks utama menunjukkan bahwa pasar masih sangat sensitif terhadap data ekonomi dan kebijakan moneter AS.