STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik kembali melemah pada penutupan perdagangan hari Senin sore (11/11/2024) waktu setempat. Investor merasa kecewa dengan paket stimulus terbaru dari China yang dinilai kurang kuat untuk memperbaiki ekonomi. Data inflasi yang lebih rendah dari harapan turut memicu kekhawatiran.
Mengutip CNBC International, pada Jumat lalu, pemerintah China mengumumkan stimulus sebesar 10 triliun yuan atau setara dengan US$1,4 triliun. Dana ini ditujukan untuk mengatasi masalah utang pemerintah daerah yang terus bertambah. Namun, sejumlah analis skeptis bahwa langkah ini dapat mendorong ekonomi secara signifikan.
Data terbaru menunjukkan inflasi China turun menjadi 0,3%, di bawah perkiraan pasar yang 0,4%. Angka ini juga lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 0,4%. Laporan dari LSEG menyebutkan bahwa ini adalah penurunan kedua berturut-turut dan menjadi level terendah dalam empat bulan terakhir.
Investor kini menantikan Singles’ Day di China, acara belanja besar-besaran setara dengan Black Friday di Amerika Serikat. Menurut riset ING, acara ini akan menjadi barometer penting daya beli masyarakat China di tengah ekonomi yang lesu.
Di Hong Kong, indeks Hang Seng turun 1,62% saat penutupan. Sebaliknya, indeks CSI 300 di China daratan naik tipis 0,66% ke level 4.131,13. Di Jepang, indeks Nikkei 225 hanya naik 0,08% ke 39.533,32, sementara Topix turun 0,09% ke 2.739,68.
Pasar saham Korea Selatan juga tertekan. Indeks Kospi melemah 1,15% ke 2.531,66, posisi terendah sejak 11 September. Kosdaq turun lebih dalam lagi, anjlok 1,96% ke 728,84.
Indeks S&P/ASX 200 di Australia juga mengalami penurunan 0,43% dan ditutup pada 8.266,2, menambah daftar pelemahan pasar Asia hari ini.
Situasi ini menunjukkan keraguan investor terhadap prospek ekonomi China. Data inflasi yang rendah dan stimulus yang diragukan efektivitasnya justru menambah kecemasan tentang pertumbuhan ekonomi China ke depan.