STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik ditutup bervariasi pada akhir perdagangan Selasa sore (6/5/2025) waktu setempat. Investor masih menimbang arah kebijakan perdagangan antara Amerika Serikat dan sejumlah negara di Asia.
Mengutip CNBC International, nilai tukar mata uang Asia sempat menguat namun kemudian melemah lagi, mengikuti penguatan dolar AS. Hal ini mempengaruhi sentimen pasar sepanjang hari.
Dari China, indeks CSI 300 menguat 1,01% dan ditutup di level 3.808,54. Ini merupakan posisi tertinggi sejak 3 April. Indeks Hang Seng di Hong Kong juga naik 0,7% dan berakhir di 22.662,71.
Sementara itu, indeks Shanghai menguat 1,13% ke 3.316,11. Namun, data ekonomi menunjukkan tekanan. Indeks jasa Caixin China tercatat di level 50,7 untuk bulan April, turun dari 51,9 pada bulan sebelumnya. Ini adalah level terendah dalam tujuh bulan terakhir.
Di India, pasar bergerak fluktuatif. Indeks Nifty 50 turun 0,29%, dan BSE Sensex melemah 0,22% hingga pukul 13.42 waktu India. Investor masih mencermati kabar dari pemerintah India yang menawarkan skema bebas bea masuk untuk baja, komponen otomotif, dan farmasi dalam jumlah tertentu kepada Amerika Serikat.
Dari Australia, indeks S&P/ASX 200 nyaris tidak bergerak dan ditutup stagnan di 8.151,40, hanya turun tipis 0,08%.
Pasar saham Jepang dan Korea Selatan tutup karena hari libur nasional.
Dari sisi kebijakan global, perhatian pasar tertuju ke Amerika Serikat. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyampaikan kepada CNBC bahwa pemerintah “sangat dekat dengan beberapa kesepakatan.” Pernyataan ini senada dengan ucapan Presiden AS Joe Biden sehari sebelumnya yang menyebutkan bahwa kesepakatan bisa terjadi secepatnya minggu ini.
Namun, sentimen positif ini dibayangi ketidakpastian menjelang rapat kebijakan Federal Reserve. Rapat dua hari itu dimulai Selasa waktu AS, dan keputusan suku bunga akan diumumkan pada Rabu.
Menurut alat FedWatch dari CME Group, probabilitas pemangkasan suku bunga hanya 2,7%.
Ekonom utama MFS Investment Management, Erik Weisman, menyebut Ketua The Fed Jerome Powell kemungkinan besar akan menyampaikan sikap menunggu dan melihat.
“Situasi kebijakan tarif AS yang masih kacau membuat gambaran ekonomi makro ke depan semakin sulit diprediksi,” tulisnya dalam catatan pada Selasa. “Dengan Fed baru saja memperlambat laju pengetatan kuantitatif (QT), Powell kemungkinan tidak akan mengambil langkah tambahan dalam waktu dekat.”