STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik ditutup menguat pada perdagangan Rabu (15/10/2025) waktu setempat.
Mengutip CNBC International, kenaikan ini terjadi di tengah komentar Presiden AS Donald Trump yang menuduh China tidak membeli kedelai dari AS. Ia menyebut langkah itu sebagai “tindakan bermusuhan secara ekonomi” dan mengancam akan memberikan “pembalasan”, termasuk kemungkinan embargo minyak goreng.
Investor senior Louis Navellier menilai pasar masih bergejolak karena hubungan kedua negara besar itu sedang tegang. “Volatilitas tetap tinggi, dan penjelasan terbaiknya adalah hubungan yang renggang antara AS dan China,” tulis Navellier dalam catatan risetnya, Rabu.
Indeks Nikkei 225 di Jepang melonjak 1,76% ke 47.672,67, sementara Topix naik 1,58% ke 3.183,64. Di Korea Selatan, Kospi melesat 2,68% ke 3.657,28 dan Kosdaq naik 1,98% ke 864,72.
Bursa Australia juga menguat. Indeks S&P/ASX 200 naik 1,03% ke 8.990,9. Di Hong Kong, Hang Seng Index menanjak 1,84% ke 25.910,60, sedangkan indeks CSI 300 di China daratan naik 1,48% ke 4.606,29.
India tak mau ketinggalan. Indeks Nifty 50 naik 0,74% ke 25.323,55, sementara Shanghai Composite menguat 1,22% ke 3.912,21.
Penguatan di pasar Asia terjadi meski data ekonomi China masih menunjukkan tekanan deflasi. Biro Statistik Nasional China mencatat indeks harga konsumen (CPI) turun 0,3% pada September dibanding tahun sebelumnya. Angka ini lebih dalam dari perkiraan ekonom yang memprediksi penurunan 0,2%, meski sedikit membaik dari penurunan 0,4% di Agustus.
Secara bulanan, harga konsumen hanya naik tipis 0,1%, di bawah ekspektasi kenaikan 0,2%. Data ini memperlihatkan permintaan domestik China masih lemah di tengah kekhawatiran perang dagang dan melambatnya ekonomi global.