STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menembus level psikologis 7.000. Banyak investor bertanya-tanya, apakah level ini akan bertahan dalam waktu dekat?
Martha Christina, Head of Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menilai bahwa sentimen pasar saat ini masih cenderung positif.
“Angka 7.000 itu bisa bertahan. Jadi paling nggak sampai di akhir Mei 2025,” ujar Martha, di Jakarta, Kamis (15/5/2025).
Meski begitu, ia mengingatkan adanya potensi tekanan pada bulan Juni. Pasalnya, Indonesia menghadapi jadwal jatuh tempo utang terbesar pada bulan tersebut.
“Itu yang saya baca kemarin itu paling tinggi ada di bulan Juni. Nah itu tergantung nih gimana penyelesaian utang, khususnya untuk utang Indonesia di bulan Juni,” jelasnya.
Namun secara umum, Martha menilai kondisi pasar masih cukup positif. Ia memperkirakan koreksi mungkin saja terjadi, namun masih dalam batas wajar.
“Masih ada potensi untuk koreksi. Tapi level 6.500 itu udah cukup reasonable,” ungkapnya.
Untuk kuartal II 2025, Mirae Asset memperkirakan IHSG akan bergerak stabil di kisaran 6.800 hingga 7.100.
“Kita lihat sih angka target 6.900 itu masih make sense untuk sampai dengan kuartal II,” katanya.
Sektor yang diprediksi tetap menjadi penopang utama adalah perbankan dan komoditas. Kedua sektor ini dinilai masih menarik untuk dilirik oleh investor.
“Investor itu masih tetap suka di banking. Kemudian komoditas dengan tensi yang agak menurun ini kan ngebantu harga komoditas naik,” ucap Martha.
Dari sektor perbankan, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) disebut masih cukup menjanjikan untuk kuartal II ini. Selain itu, saham PT Bank Syariah Mandiri Tbk (BRIS) dan PT Bank Jago Tbk (ARTO)
“BCA, BRIS dan ARTO masih bagus,” ujar Martha singkat.
Sementara dari sektor komoditas, saham-saham berbasis kelapa sawit (CPO) seperti PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dan PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) dinilai menarik untuk strategi buy on weakness.
“Emas mungkin bisa diperhatikan juga. Selama tetap bisa bertahan di atas US$3.000, kinerjanya masih cukup oke. Buy on weakness buat saham Antam dan Hartadinata Abadi (HRTA),” tambahnya.
Martha juga mengingatkan bahwa IHSG saat ini memang terlihat tinggi, namun masih berada di level yang wajar.
“Angka 7.000 ini udah cukup tinggi tapi masih make sense,” jelasnya.
Untuk strategi investasi, Martha menyarankan investor tetap fokus pada saham-saham dengan fundamental keuangan yang kuat.
Rekomendasinya bisa untuk trading jangka pendek ataupun akumulasi saat ada pelemahan harga.
“Jadi memang secara umum itu merekomendasinya ya entah trading buy, jadi untuk trading dan juga buy on weakness untuk saham-saham yang mempunyai fundamental keuangan,” tuturnya.
Ia juga mengimbau investor untuk tetap mencermati perkembangan geopolitik dan kesepakatan perdagangan internasional, khususnya antara Indonesia dan Amerika Serikat.
“Perkembangan perang dagang aja sih, khususnya lebih ke gimana kesepakatan Indonesia sama Amerika aja,” pungkasnya.