STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak mentah dunia bergerak stabil pada penutupan perdagangan Jumat (5/12/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (6/12/2025) WIB. Emas hitam ini berhasil mencatatkan kenaikan tipis di akhir pekan. Macetnya pembicaraan damai di Ukraina menjadi penopang utama harga minyak saat ini. Namun, bayang-bayang kelebihan pasokan global menahan lonjakan harga lebih tinggi.
Mengutip CNBC International, minyak mentah Brent menguat 49 sen atau 0,77% dan ditutup di level US$63,75 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) asal Amerika Serikat ikut naik 41 sen atau 0,69% ke posisi US$60,08 per barel.Analis pasar minyak di PVM, di New York Mercantile Exchange. Tamas Vargas, menyoroti pergerakan pasar yang cenderung sempit sepanjang pekan ini. Dua kekuatan besar sedang tarik-menarik di pasar minyak.
“Hari ini cukup datar dan minggu ini memiliki rentang perdagangan yang sempit. Kurangnya kemajuan dalam pembicaraan damai Ukraina memberikan latar belakang bullish tetapi di sisi lain, produksi OPEC yang tangguh memberikan dukungan bearish. Dua kekuatan yang berlawanan ini membuat perdagangan tampak sepi,” ujar Tamas Vargas.
Pelaku pasar juga tengah mencermati kebijakan moneter Amerika Serikat. Potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed menjadi sorotan utama. Selain itu, ketegangan geopolitik dengan Venezuela turut diperhitungkan sebagai faktor pendorong harga.
Mayoritas ekonom dalam survei Reuters memprediksi adanya pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pekan depan. Kebijakan ini diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut otomatis akan mendongkrak permintaan energi.
Spesialis riset senior di LSEG, Anh Pham, memberikan pandangannya mengenai fokus pasar ke depan. Faktor pasokan masih menjadi kunci utama pergerakan harga.
“Ke depan, faktor pasokan tetap menjadi fokus. Kesepakatan damai dengan Rusia akan membawa lebih banyak barel ke pasar dan kemungkinan menekan harga turun,” kata Anh Pham.
Ia juga menambahkan analisis mengenai dampak situasi geopolitik dan kebijakan OPEC+.
“Di sisi lain, setiap eskalasi geopolitik akan mendorong harga lebih tinggi. OPEC+ telah setuju untuk menjaga produksi tetap stabil hingga awal tahun depan, jadi itu menambah dukungan untuk harga juga,” tambahnya.
Ketegangan di Venezuela semakin memanas setelah pernyataan Presiden Donald Trump. AS berencana mengambil tindakan tegas terhadap perdagangan narkoba dari negara tersebut. Rystad Energy mencatat langkah ini berisiko mengganggu produksi minyak mentah Venezuela sebesar 1,1 juta barel per hari.
Kegagalan pembicaraan AS di Moskow turut menjaga harga minyak tetap kuat. Tidak ada kesepakatan yang memungkinkan minyak Rusia kembali bebas ke pasar global. Faktor ini menjadi penyeimbang di tengah meningkatnya surplus pasokan. Arab Saudi bahkan diketahui memangkas harga jual minyak mentah Arab Light ke Asia ke level terendah dalam lima tahun akibat banjirnya pasokan.
