Selasa, November 11, 2025
27.3 C
Jakarta

Dapat Dana Rp25 Triliun dari Pemerintah, Begini Strategi BTN Hadapi Tenor 6 Bulan

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Pemerintah menempatkan dana sebesar Rp200 triliun di bank nasional melalui Bank Indonesia pada Jumat, 12 September 2025. Dari jumlah itu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) memperoleh Rp25 triliun.

Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, menjelaskan dana tersebut ditempatkan dalam bentuk deposito on call, baik konvensional maupun syariah. Tenor pinjaman ditetapkan enam bulan dan bisa diperpanjang. Imbal hasilnya dipatok sekitar 80,476% dari BI7DRR.

Direktur Treasury & International Banking BTN, Venda Yuniarti, mengatakan saat ini penempatan dana memang berjangka enam bulan. “Saat ini penjelasannya hanya ditempatkan secara 6 bulan dan dapat diperpanjang. Nah call-nya ada di penjelasan,” ujarnya dalam Media Gathering BTN 2025 di Bandung, Jumat (19/9).

Venda menambahkan bank sudah terbiasa menghadapi perbedaan tenor antara aset dan liabilitas. “Kalau kami sebenarnya, seperti dana pendek itu penempatannya sekitar 2 tahunan ya. Nah secara natural memang kita selalu terlatih dalam gaping. Selalu ada perbedaan antara aset sama liabilities kami. Itu hal yang natural buat bank,” kata Venda.

Ia menegaskan mekanisme rollover tenor masih dalam tahap negosiasi. “Memang saat ini sedang dinegokan berapa lama ini bisa di rollover, belum ada kejelasan. Memang secara PMK disebutkan 6 bulan dan bisa diperpanjang,” jelasnya.

Nixon menilai risiko dari penempatan dana pemerintah tidak perlu dikhawatirkan. Ia menyinggung pengalaman BTN saat mengelola dana Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada 2021. “Dulu kita punya namanya dana PEN. Persis seperti ini dulu. Waktu itu kita dapat dana PEN Rp10 triliun. Jadi masalahnya nggak? Nggak sama sekali. Bahkan 4 bank Himbara dengan sukarela sudah mengembalikan uangnya setelah dua tahun,” kata Nixon.

Nixon menekankan bank selalu punya cadangan likuiditas untuk menghadapi kewajiban jatuh tempo. “Hari ini kita punya uang itu Rp40-50 triliun berupa SBN, SRBI dan sebagainya. Tapi kalau sudah kepepet ya pasti kita gunakan itu. Tapi kan namanya bankers, nggak boleh punya ilmu kepepet. There is always plan A, plan B, plan C, plan D,” tegasnya.

Menurut Nixon, angsuran kredit yang masuk setiap bulan sudah cukup untuk menutup kewajiban terhadap dana pemerintah. “Kan selalu ada angsuran setiap bulannya. Angsurannya saja pasti bisa menutupi dana pemerintah Rp25 triliun,” jelasnya.

Terkait tenor, Nixon memprediksi pola perpanjangan bisa mirip dengan dana PEN yang saat itu bertahan selama dua tahun. “Apakah ini akan berapa tahun, saya nge-predict mungkin sama juga. Tapi saya belum tahu. Ini cuma nge-predict,” ucapnya.

Masuknya dana Rp25 triliun menurut Nixon tidak mengubah target pertumbuhan kredit BTN tahun ini. “Masih sama pertumbuhan kredit 7-9%,” katanya.

Ia menjelaskan tantangan BTN bukan lagi soal likuiditas, melainkan persaingan merebut debitur dari bank lain. “This policy, ini analisa saya aja ya, memindahkan persaingan di liquidity menjadi kompetisi di sisi perebutan kredit. Jadi yang sudah di pipeline kita sekarang mesti dijaga keras supaya tidak pindah ke bank-bank lain,” tutur Nixon.

BTN optimistis tambahan likuiditas Rp25 triliun dari pemerintah akan habis terserap pada akhir 2025. Keyakinan ini sejalan dengan tingginya permintaan kredit di sektor perumahan.

BTN mencatat penyaluran kredit rata-rata mencapai Rp6-7 triliun per bulan. Angka ini mencakup pembiayaan perumahan maupun non-perumahan yang kini juga menjadi motor pembiayaan. “Realisasi kredit kami rata-rata saja sekitar Rp6-7 triliun per bulan, jadi kalau akhir tahun Rp25 triliun itu sudah nutup. Itu juga sesuai dengan rencana bisnis bank (RBB) kami,” ujar Direktur Finance and Strategy BTN Nofry Rony Poetra.

Nixon menambahkan tambahan dana kali ini juga akan mempercepat realisasi pipeline kredit BTN yang nilainya lebih dari Rp30 triliun. “Demand-nya justru sangat ada di BTN, pipeline (kredit) di kami sebenarnya Rp30 triliun lebih. Dengan adanya tambahan likuiditas ini, masalahnya sudah selesai dan yang sudah ada di pipeline jadinya cepat diberi keputusan agar tidak pindah ke bank lain,” tuturnya.

Selain mempercepat penyaluran kredit, BTN juga menilai tambahan likuiditas bisa menekan biaya dana. Hal ini didukung kebijakan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan 125 basis poin dalam setahun terakhir. Nixon menjelaskan, penurunan bunga deposito sudah dilakukan segera setelah dana segar diterima.

“Waktu Jumat (12 September) diputuskan oleh pemerintah, Senin (15 September) kami memutuskan untuk menurunkan bunga special rate deposito 50 bps. Dana Rp25 triliun membantu BTN menurunkan suku bunga dana mahal dan kami akan memastikan special rate akan terus turun hingga akhir tahun,” ujarnya.

Langkah itu, kata Nixon, akan berdampak pada profitabilitas BTN. Tren penurunan biaya dana membuat margin bunga bersih (NIM) naik 139 bps menjadi 4,4% hingga semester I-2025.

- Advertisement -

Artikel Terkait

BREN Tambah Kapasitas 95 MW, Bangun Proyek Energi Hijau di Salak dan Wayang Windu

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN)...

Humpuss Maritim (HUMI) Beli Satu Unit Kapal LPG Carrier US$5,9 Juta

STOCKWATCH.ID (JAKARTA)- PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI), melalui...

Direktur Adira Multi Finance (ADMF) Mengundurkan Diri, Mengapa?

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru