STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah tajam pada penutupan perdagangan Selasa (24/6/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (25/6/2025) WIB. Pelemahan ini terjadi setelah munculnya kabar gencatan senjata antara Iran dan Israel. Selain itu, pernyataan sejumlah pejabat The Federal Reserve yang bernada dovish turut menekan kekuatan dolar.
Mengutip CNBC International, indeks dolar AS turun 0,6% ke posisi 97,87. Sementara itu, euro menguat 0,4% menjadi US$1,1622 dan yen Jepang naik 1% ke level 144,7 per dolar AS.
Meningkatnya minat investor terhadap aset berisiko juga menjadi faktor utama. Mata uang seperti dolar Australia ikut menguat karena pelaku pasar kembali optimistis setelah konflik di Timur Tengah mulai mereda.
Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam pernyataan tertulis di hadapan Kongres AS menyampaikan bahwa pihaknya belum bisa mengambil keputusan soal pemangkasan suku bunga. “Kami masih perlu waktu untuk menilai apakah tarif impor akan benar-benar mendorong inflasi,” ujarnya.
Namun Presiden AS, Donald Trump, kembali mendesak The Fed untuk bertindak lebih agresif. “Suku bunga seharusnya dipangkas setidaknya 2 hingga 3 poin persentase,” tegas Trump.
Pernyataan pejabat The Fed pun langsung disambut pasar. Ekspektasi pemangkasan suku bunga naik jadi 55 basis poin hingga akhir tahun, dari sebelumnya 46 basis poin. Artinya, pasar yakin akan ada dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing 25 basis poin. Bahkan, peluang pemangkasan ketiga pun mulai diperhitungkan.
Wakil Ketua The Fed untuk Pengawasan, Michelle Bowman, memberi sinyal bahwa pemangkasan suku bunga bisa segera terjadi. “Saya mulai khawatir dengan pasar tenaga kerja, dan tidak terlalu cemas soal inflasi dari tarif tinggi,” katanya.
Senada, Gubernur The Fed Christopher Waller juga mendorong pemangkasan suku bunga. Ia menilai tekanan inflasi sudah mulai melemah dan dampak tarif impor kemungkinan hanya bersifat sementara.
Di sisi lain, pasar masih dibayangi risiko geopolitik. Meski gencatan senjata sudah diumumkan, ledakan masih terjadi di Teheran akibat serangan udara Israel.
“Geopolitik dan The Fed sama-sama menarik perhatian pasar saat ini,” kata Vassili Serebriakov, Ahli Strategi Valuta Asing dari UBS New York. Ia menambahkan, “Bahkan saat ketegangan geopolitik memuncak, dolar hanya menguat secara moderat.”
Di pasar kripto, bitcoin juga ikut terkerek naik. Aset digital ini menguat 1,37% menjadi US$105.221.