STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS melonjak pada penutupan perdagangan hari Selasa (29/10/2024) waktu setempat atau Rabu pagi (30/10/2024) WIB. Greenback mencapai level tertinggi dalam tiga bulan terhadap yen Jepang. Meskipun dolar menguat, posisinya terhadap mata uang utama lainnya tetap stabil. Para trader memilih untuk menunggu hasil pemilu AS yang dijadwalkan berlangsung minggu depan, bersamaan dengan rilis data ekonomi penting.
Mengutip CNBC International, kekalahan koalisi pemerintah Jepang dalam pemilihan umum akhir pekan lalu menambah ketidakpastian politik. Situasi ini berimbas pada yen yang semakin melemah. Saat ini, dolar berada di level 153,365 yen, meningkat 0,1%.
Bank of Japan (BOJ) akan mengumumkan kebijakan moneternya pada hari Kamis. Diperkirakan suku bunga akan tetap tanpa perubahan. Namun, dolar AS diprediksi mencatatkan kenaikan bulanan terbesar terhadap sekeranjang mata uang utama dalam 2,5 tahun terakhir.
Data terbaru menunjukkan jumlah lowongan pekerjaan di AS turun ke titik terendah dalam lebih dari tiga setengah tahun pada bulan September. Ini menandakan pelambatan yang berlanjut di pasar tenaga kerja. Di sisi lain, kepercayaan konsumen AS meningkat ke level tertinggi dalam sembilan bulan pada bulan Oktober.
Helen Given, Direktur Asosiasi Perdagangan di Monex USA, menyatakan bahwa meskipun angka nonfarm payroll bulan September lebih baik dari perkiraan, pola pelambatan pekerjaan tetap terlihat. “Potensi penurunan dolar mungkin terbatas, mengingat risiko pemilu dan pertemuan Fed yang akan datang,” ungkapnya.
Ketahanan ekonomi AS terus menunjukkan tren positif. Meningkatnya prediksi pasar mengenai kemungkinan kemenangan kandidat Republik, Donald Trump, atas rivalnya dari Partai Demokrat, Kamala Harris, pada pemilu presiden 5 November, turut mendukung penguatan dolar. Imbal hasil Treasury juga mengalami peningkatan.
Indeks dolar AS tercatat naik 3,6% sepanjang bulan Oktober ini. Ini menjadi performa bulanan terbaik sejak April 2022. Dolar juga menguat tahun ini terhadap hampir semua mata uang utama, kecuali poundsterling.
Minggu ini, pasar menantikan rilis indeks pengeluaran konsumsi pribadi inti AS untuk bulan September. Indeks ini merupakan ukuran inflasi favorit Fed dan dijadwalkan rilis pada hari Kamis. Selain itu, sejumlah laporan pekerjaan juga akan dirilis dalam waktu dekat.
Dan Tobon, Kepala Strategi FX G10 di Citi, mengungkapkan keraguannya terhadap data yang akan dirilis minggu ini. “Saya prediksi pergerakan dolar akan tetap berfluktuasi hingga hasil pemilu diumumkan,” katanya.
Sementara itu, poundsterling menguat tipis sebesar 0,2% menjadi 1,2997 menjelang anggaran pertama pemerintah Buruh. Menteri Keuangan Rachel Reeves dan Perdana Menteri Keir Starmer menegaskan pentingnya langkah-langkah fiskal yang ketat untuk menutupi defisit keuangan publik Inggris.
Euro juga mengalami penurunan 0,13% menjadi US$1,0797 terhadap dolar. Euro turun 0,3% terhadap pound menjadi 83,08 pence. Sementara yuan Tiongkok menunjukkan sedikit reaksi terhadap kemungkinan penerbitan utang baru oleh Beijing senilai lebih dari US$1,4 triliun. Yuan tetap stabil di 7,151 di pasar offshore.
Sumber yang mengetahui situasi tersebut menyebutkan bahwa badan legislatif tertinggi Tiongkok bersiap untuk menyetujui paket fiskal baru. Paket ini mencakup 6 triliun yuan, yang sebagian akan diperoleh melalui obligasi kedaulatan khusus, pada hari terakhir pertemuan yang berlangsung dari 4 hingga 8 November.