STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada akhir perdagangan Jumat (17/10/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (18/10/2025) WIB. Greenback mencatat penurunan mingguan terhadap sebagian besar mata uang utama. Pelemahan ini terjadi di tengah kekhawatiran pasar terhadap kondisi sektor perbankan regional AS dan meningkatnya tensi dagang dengan China.
Mengutip CNBC International, dolar tertekan karena banyak investor beralih ke aset safe haven seperti franc Swiss dan yen Jepang untuk menghindari risiko. Dolar AS turun 0,1% menjadi 0,792 franc Swiss, posisi terendah sejak pertengahan September, dan mencatat pelemahan mingguan terbesar sejak Juni.
Sementara terhadap yen Jepang, dolar bergerak mendatar di 150,44 yen, namun tetap menuju penurunan mingguan. Yen sempat menguat setelah Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda mengatakan bank sentral siap menaikkan suku bunga jika prospek pertumbuhan dan inflasi membaik.
“Kami melihat adanya aksi jual dolar sebagai bentuk peralihan ke aset aman,” kata Steve Englander, Kepala Riset Valas G10 Global di Standard Chartered. Ia menambahkan, “Berita tentang China dan kekhawatiran terhadap perbankan regional di AS menjadi kombinasi yang menekan dolar.”
Kondisi pasar kian tidak pasti setelah penutupan sebagian aktivitas pemerintahan AS menghentikan publikasi sejumlah data ekonomi penting. Hal ini membuat investor kehilangan pegangan untuk menilai arah ekonomi Negeri Paman Sam.
Presiden AS Donald Trump mengatakan tarif 100% untuk produk asal China tidak akan berkelanjutan. Namun, ia tetap menyalahkan Beijing atas kebuntuan dalam pembicaraan dagang, terutama setelah otoritas China memperketat ekspor mineral langka. Trump juga mengonfirmasi akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan dua pekan mendatang untuk meredakan ketegangan.
Di sisi lain, euro melemah 0,22% menjadi US$1,1661, namun masih mencatat kenaikan mingguan terbesar terhadap dolar dalam sembilan minggu terakhir. Poundsterling Inggris juga turun 0,2% ke US$1,3401, tetapi tetap berada di jalur penguatan mingguan.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama, diperkirakan turun 0,44% sepanjang pekan ini meski nyaris tidak berubah pada perdagangan harian.
Dilin Wu, analis riset di Pepperstone, menilai dolar semakin rentan di tengah kekhawatiran terhadap independensi The Federal Reserve dan dampak penutupan pemerintahan. “Sulit mencari alasan bullish untuk dolar saat ini,” ujarnya. “Investor mulai berpindah ke emas, kripto, dan aset lain yang dianggap lebih aman dari risiko penurunan nilai.”
Sementara itu, Gubernur The Fed Christopher Waller menyatakan dukungannya terhadap pemangkasan suku bunga lagi pada pertemuan bank sentral akhir bulan ini. Ia menilai kondisi pasar tenaga kerja yang masih campuran memberi ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter.
Pelemahan dolar minggu ini menunjukkan meningkatnya kekhawatiran global terhadap stabilitas ekonomi AS. Investor kini menanti hasil pertemuan antara Trump dan Xi, yang bisa menjadi titik balik bagi arah pergerakan mata uang dunia dalam waktu dekat.
