STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah terhadap sebagian besar mata uang utama pada perdagangan Selasa (30/9/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (1/10/2025) WIB. Pelemahan ini terjadi di tengah ancaman penutupan sebagian pemerintah Amerika Serikat yang bisa mengganggu rilis data tenaga kerja bulanan pekan ini.
Mengutip CNBC International, pendanaan pemerintah AS akan berakhir pada tengah malam Selasa. Jika Partai Republik dan Demokrat gagal mencapai kesepakatan, shutdown tidak bisa dihindari.
“Shutdown pemerintah AS yang mungkin terjadi Rabu pagi membuat dolar AS berada di bawah tekanan,” kata Elias Haddad, Senior Markets Strategist Brown Brothers Harriman dalam catatan riset.
Menurutnya, “Logikanya, shutdown bisa membuat The Fed lebih dovish. Jika hanya sebentar, The Fed akan mengabaikannya. Namun jika berlangsung lama, lebih dari dua minggu, risikonya besar terhadap pertumbuhan dan kemungkinan membuat The Fed lebih akomodatif.”
Futures suku bunga AS saat ini memperkirakan ada ruang pemangkasan sebesar 43 basis poin tahun ini. Pasar menilai pemangkasan bisa dimulai 25 basis poin pada Oktober, dengan peluang tinggi pemangkasan kedua sebelum akhir tahun.
Potensi shutdown membuat investor cemas menjelang laporan tenaga kerja nonfarm payrolls yang dijadwalkan rilis Jumat. Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Perdagangan AS sudah menyampaikan bahwa lembaga statistik mereka akan menghentikan publikasi data jika shutdown terjadi, termasuk laporan tenaga kerja bulanan untuk September.
Laporan tersebut sangat penting bagi keputusan The Fed. Jika tertunda, volatilitas pasar bisa meningkat karena ketidakpastian investor makin besar.
Pada perdagangan Selasa pagi, dolar turun 0,5% terhadap yen menjadi 147,86. Penurunan ini berlanjut setelah rilis data JOLTS dari Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan lowongan kerja naik tipis di Agustus, sementara perekrutan menurun.
Lowongan kerja naik 19.000 menjadi 7,227 juta. Namun perekrutan turun 114.000 menjadi 5,126 juta. Pemutusan kerja justru turun 62.000 menjadi 1,725 juta.
Indeks dolar AS melemah 0,2% ke level 97,756. Euro naik 0,1% ke US$1,1742.
Dolar juga tertekan oleh data indeks kepercayaan konsumen The Conference Board yang turun 3,6 poin ke 94,2 pada September. Ekonom yang disurvei Reuters sebelumnya memperkirakan penurunan ke 96,0.
Untuk yen, investor memperhatikan ringkasan opini Bank of Japan dari pertemuan September. Pasar menilai ada peluang 60% kenaikan suku bunga pada Desember.
“Dollar/yen yang lebih rendah bisa jadi tetap menjadi perdagangan favorit selama shutdown. Pada shutdown 2018-2019, dolar/yen turun 1,5%. Saat ini nilainya sekitar 1% di atas fair value jangka pendek menurut model kami,” ujar Francesco Pesole, FX Strategist ING.