STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS melemah pada penutupan perdagangan Senin (6/1/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (7/1/2025) WIB, di tengah volatilitas tinggi. Hal ini dipicu oleh laporan yang bertentangan mengenai kebijakan tarif Presiden terpilih Donald Trump yang akan diterapkan saat menjabat nanti.
Mengutip CNBC International, dolar AS sempat turun hingga 1,07% terhadap mata uang utama setelah Washington Post melaporkan bahwa penasihat Trump mempertimbangkan tarif hanya pada sektor-sektor yang dianggap penting untuk keamanan nasional atau ekonomi. Laporan ini meredakan kekhawatiran pasar mengenai tarif yang lebih luas dan lebih keras.
Namun, penurunan dolar AS cepat terpangkas setelah Trump membantah laporan tersebut melalui unggahan di Truth Social.
Karl Schamotta, kepala ahli strategi pasar di Corpay, Toronto, mengatakan, “Pandangan Trump di Truth Social akan mempengaruhi volatilitas pasar valuta asing dalam beberapa waktu ke depan. Reaksi pasar pagi ini menunjukkan dinamika yang mendasari.”
Ia menambahkan, “Konsensus pasar adalah bahwa ancaman Trump lebih keras daripada tindakan sebenarnya. Setiap berita yang mengonfirmasi hal ini akan mempercepat reli aset berisiko dan penurunan dolar serta imbal hasil Treasury. Namun, risiko penurunan tetap ada, dan belum ada titik akhir yang jelas.”
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang lainnya, turun 0,7% menjadi 108,23. Sementara itu, euro menguat 0,8% menjadi US$1,039.
Indeks dolar sempat mencapai level tertinggi dalam dua tahun, yakni 109,54 pada pekan lalu, didorong oleh ekonomi AS yang kuat, potensi inflasi lebih tinggi akibat tarif, dan penurunan suku bunga The Fed yang melambat.
Di sisi lain, yuan China menguat 0,26% terhadap dolar AS, menjadi 7,341 per dolar. Pekan lalu, dolar mencapai level tertinggi dalam 26 bulan terhadap yuan, seiring dengan asumsi bahwa China menjadi salah satu target utama tarif Trump.
Penurunan dolar juga didukung oleh pernyataan Gubernur The Fed, Lisa Cook, yang mengatakan bahwa The Fed bisa bersikap hati-hati dalam penurunan suku bunga lebih lanjut, mengingat ekonomi yang solid dan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan.
Sejumlah pejabat The Fed dijadwalkan berbicara pekan ini dan diperkirakan akan mengulang pernyataan mengenai perlunya melawan inflasi yang masih tinggi.
Euro, yang sempat terendah sejak November 2022 pekan lalu, berpotensi mencatatkan kenaikan terbesar dalam sebulan. Ini setelah inflasi tahunan Jerman naik lebih tinggi dari perkiraan pada Desember, menurut data sementara.
Data ekonomi AS menunjukkan pesanan baru barang-barang buatan AS turun pada November, sementara pengeluaran bisnis untuk peralatan tampaknya melambat pada kuartal keempat.
Sementara itu, terhadap yen Jepang, dolar AS menguat 0,1% menjadi 157,42, dan poundsterling menguat 0,8% menjadi US$1,2515.
Para investor kini menunggu serangkaian data terkait pasar tenaga kerja AS yang akan dirilis pekan ini, dengan laporan tenaga kerja pemerintah yang menjadi puncaknya pada hari Jumat.
Dolar Kanada juga menguat 0,65% terhadap dolar AS menjadi 1,43 per dolar setelah CBC News melaporkan bahwa Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau akan mengumumkan rencananya untuk mundur sebagai pemimpin Partai Liberal yang berkuasa.
Â