Kamis, Agustus 7, 2025
34.5 C
Jakarta

Dolar AS Melemah, Pasar Cemas karena Trump Serang The Fed

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada penutupan perdagangan Selasa (22/4/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (23/4/2025) WIB. Dolar tertekan mendekati level terendah dalam beberapa tahun terhadap euro dan franc Swiss.

Mengutip CNBC International, pelemahan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump kembali melontarkan kritik tajam kepada Federal Reserve. Hal ini memicu kekhawatiran pasar soal independensi bank sentral.

Trump menyebut Ketua The Fed, Jerome Powell, sebagai “pecundang besar” dan menuntut penurunan suku bunga secepatnya. “Turunkan suku bunga SEKARANG atau ekonomi bisa melambat,” kata Trump dalam pernyataannya.

Serangan ini membuat pasar semakin khawatir dengan stabilitas ekonomi AS. Banyak analis menilai jika Powell sampai diberhentikan, dampaknya bisa sangat serius.

“Pemecatan Jerome Powell akan menjadi bencana bagi dolar AS dan kepercayaan pasar modal secara keseluruhan,” ujar Adam Button, Kepala Analis Valas di ForexLive.

Indeks dolar AS naik 0,256% ke posisi 98,599 setelah sempat jatuh ke 97,923 sehari sebelumnya. Level itu merupakan yang terendah sejak Maret 2022.

Meski ada sedikit rebound, dolar masih berada di posisi rentan. Nilai tukarnya terhadap yen Jepang turun 0,03% ke level 140,820, sempat menyentuh di bawah level psikologis 140 untuk pertama kali sejak pertengahan September.

Sementara itu, euro turun 0,38% ke US$1,1467, setelah sempat melonjak ke US$1,1573 pada Senin lalu—level tertingginya sejak November 2021.

Dolar AS juga melemah terhadap franc Swiss. Meski sempat naik 0,57% ke 0,8138, posisinya masih mendekati titik terendah dalam satu dekade di 0,8042.

Pasar juga terpengaruh oleh penundaan negosiasi dagang antara Thailand dan AS. Perdana Menteri Thailand menyatakan pembicaraan dagang yang dijadwalkan dimulai Rabu harus ditunda.

Di sisi lain, Gedung Putih masih mempelajari kemungkinan pemecatan Jerome Powell. Penasihat ekonomi Kevin Hassett menyebut hal itu masih dikaji, meski Powell sebelumnya menyatakan The Fed bisa bersabar dalam menentukan arah kebijakan.

Francesco Pesole, analis dari ING, menyebut kemungkinan pemangkasan suku bunga darurat masih rendah. “Skenario terburuk saat ini adalah Powell menyerah dan melakukan pemotongan darurat,” katanya.

Bank investasi Barclays memproyeksikan euro bisa menguat ke US$1,15 jika ancaman pemecatan Powell tidak terjadi. Namun, jika tensi politik terus memanas, revisi proyeksi mungkin segera dilakukan.

China juga ikut menambah tekanan dengan menuding AS menyalahgunakan kebijakan tarif. Negeri Tirai Bambu memperingatkan negara lain untuk tidak membuat kesepakatan ekonomi dengan AS yang merugikan pihak lain.

Pasar pun terus memantau situasi global, termasuk konflik di Ukraina. Kremlin menyebut belum ada rencana konkret untuk melakukan pembicaraan, tetapi terbuka jika Ukraina bersedia menghapus beberapa hambatan.

Artikel Terkait

Dolar AS Melemah, Pasar Yakin The Fed Bakal Potong Suku Bunga Lagi

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS)...

Laba SBMA Melejit 26,84%, Pendapatan Juga Naik di Semester I-2025!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk...

Ini Cara Aktivasi Rekening Dormant BNI

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru