STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS turun tajam pada penutupan perdagangan hari Senin (25/11/2024) waktu setempat atau Selasa pagi (26/11/2024) WIB. Penurunan ini terjadi setelah Scott Bessent ditunjuk sebagai Menteri Keuangan AS oleh Donald Trump. Bessent, yang dikenal lebih mengutamakan disiplin fiskal, memunculkan optimisme baru di pasar.
Mengutip CNBC International, pada hari Senin, euro menguat 0,8% menjadi US$1,0503, setelah sebelumnya terpuruk pada hari Jumat dan mencapai level terendah sejak November 2022. Di sisi lain, dolar AS juga melemah 0,4% terhadap yen Jepang, yang kini berada di angka 154,11 yen.
Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun turun lebih dari 11 basis poin dan berada di bawah 4,3%. Penurunan ini diakibatkan oleh reaksi pasar yang positif atas penunjukan Bessent. Bessent dianggap sebagai sosok yang memberi harapan baru bagi pasar obligasi, mengingat latar belakangnya yang konservatif dalam hal fiskal.
Namun, Bessent juga dikenal mendukung dolar yang kuat dan tarif perdagangan. Hal ini bisa berarti penurunan dolar kali ini hanya sementara. “Ini mungkin respons yang berlebihan. Kita belum tahu seberapa besar pengaruh yang dimiliki Gedung Putih dan kabinetnya,” ujar Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex.
Indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang utama, turun 0,68% menjadi 106,83. Ini merupakan penurunan lebih dari 1% dibandingkan puncak dua tahunnya yang tercatat pada Jumat lalu di angka 108,09.
Perdagangan di pasar keuangan terlihat sepi menjelang liburan Thanksgiving di AS pada Kamis. Banyak pelaku pasar yang mengambil cuti pada hari Jumat. Hanya ada satu data ekonomi penting yang akan dirilis pekan ini, yaitu revisi kedua terhadap GDP AS kuartal ketiga dan indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) untuk bulan Oktober yang akan diumumkan pada Rabu.
Dolar AS telah menguat selama delapan pekan berturut-turut. Indikator teknikal menunjukkan kondisi jenuh beli. Hal ini disebabkan ekspektasi bahwa kebijakan Trump akan mendorong inflasi dan memperkuat dolar lebih lanjut.
Geoff Yu, senior macro strategist di BNY, mengatakan, “Harga aset AS telah bergerak cukup agresif ke satu arah dalam tiga pekan terakhir. Pasar mungkin perlu sedikit jeda dalam posisi dolar mereka.”
Sementara itu, zona euro mengalami penurunan tajam setelah data survei manufaktur Eropa menunjukkan kelemahan yang cukup signifikan. Berbeda dengan itu, survei dari AS menunjukkan hasil yang mengejutkan positif, sehingga imbal hasil obligasi Eropa turun drastis. Hal ini memperlebar selisih dengan imbal hasil Treasury AS, yang menguntungkan dolar.
Proyeksi pasar kini mengarah pada penurunan suku bunga yang lebih agresif dari Bank Sentral Eropa (ECB). Peluang penurunan suku bunga setengah poin pada bulan Desember diperkirakan mencapai 40%. Di sisi lain, peluang penurunan suku bunga seperempat poin dari Federal Reserve (Fed) pada bulan Desember turun menjadi 51%, dari 75% sebulan yang lalu.
Proyeksi pasar menunjukkan kemungkinan penurunan suku bunga ECB hingga 150 basis poin hingga akhir tahun depan, sementara Fed diperkirakan hanya akan menurunkan suku bunga sekitar 70 basis poin.
Sementara itu, sterling menguat 0,3% menjadi US$1,257 setelah sebelumnya jatuh ke level terendah enam minggu di US$1,2484 pada Jumat lalu.
Di pasar kripto, harga bitcoin diperdagangkan pada angka US$96.493 setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi di US$99.830. Aksi ambil untung menjelang batas psikologis US$100.000 membuat harga bitcoin terhambat. Meski begitu, bitcoin telah melonjak lebih dari 40% sejak pemilu AS awal bulan ini, didorong oleh harapan bahwa Trump akan melonggarkan regulasi terhadap mata uang kripto.