STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS menguat pada penutupan perdagangan Selasa (7/1/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (8/1/2025) WIB. Lonjakan ini terjadi setelah data ekonomi AS menunjukkan pasar tenaga kerja yang stabil dan sektor jasa yang kuat. Hal ini memberikan sinyal bahwa Federal Reserve kemungkinan akan memperlambat pemangkasan suku bunga.
Mengutip CNBC International, dolar AS tercatat menyentuh level tertinggi dalam hampir enam bulan terhadap yen Jepang, naik 0,2% menjadi 157,875 yen. Sebelumnya, dolar sempat mencapai titik tertinggi sejak Juli di angka 158,425 yen.
Data terbaru menunjukkan lowongan pekerjaan di AS meningkat tak terduga pada November, meskipun perekrutan sedikit melambat. Lowongan pekerjaan naik sebanyak 259.000 menjadi 8,098 juta pada akhir November, menurut laporan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) dari Biro Statistik Tenaga Kerja. Namun, jumlah perekrutan turun 125.000 menjadi 5,269 juta.
Sektor jasa di AS juga menunjukkan percepatan pada Desember. Lonjakan harga bahan baku yang dibayar mencapai level tertinggi dalam hampir dua tahun, menandakan inflasi tetap tinggi. Indeks Manajer Pembelian (PMI) sektor non-manufaktur dari Institute for Supply Management (ISM) naik menjadi 54,1 pada Desember, dari 52,1 pada November.
“Lonjakan indeks harga yang dibayar ke level tertinggi dalam 11 bulan, mencerminkan biaya transportasi atau pengiriman yang lebih tinggi selama musim liburan,” kata Dave Rosenberg, pendiri Rosenberg Research.
Laporan ini memicu spekulasi pasar bahwa Federal Reserve hanya akan melakukan satu kali pemangkasan suku bunga tahun ini, yang kini diperkirakan tertunda hingga Juli, lebih lambat dari perkiraan sebelumnya pada Juni.
Setelah data tersebut, pasar berjangka suku bunga AS memperkirakan peluang 95% untuk jeda pemangkasan suku bunga bulan ini, dengan kemungkinan penurunan hanya 4,8%, menurut perkiraan LSEG.
Investor juga memperhatikan kebijakan tarif Presiden terpilih Donald Trump, apakah akan sejalan dengan retorika kerasnya atau tidak. Pasar mengkhawatirkan tarif yang lebih luas dapat meningkatkan inflasi di AS, membatasi kemampuan Federal Reserve untuk memangkas suku bunga, dan mendukung dolar.
Namun, ada spekulasi apakah pejabat AS akan melunakkan beberapa janji kampanye Trump. Pada Senin lalu, Trump membantah laporan yang menyebutkan bahwa asistennya tengah menjajaki tarif yang hanya mencakup impor penting.
Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Corpay, Toronto, berpendapat pasar memperhitungkan bahwa Trump pada akhirnya akan menerapkan tarif terbatas pada mitra dagang utama dan mengurangi ekspektasi inflasi serta suku bunga AS.
Pada sore hari, indeks dolar AS, yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang utama, naik 0,2% menjadi 108,55, setelah sebelumnya sempat jatuh ke level terendah sejak 30 Desember di angka 107,74.
Sementara itu, euro terdepresiasi 0,4% menjadi US$1,0352, melanjutkan penurunan setelah data ekonomi tersebut. Mata uang ini sempat menguat setelah data Eurostat menunjukkan inflasi di 20 negara yang menggunakan euro naik menjadi 2,4% pada Desember, dari 2,2% pada November.
Investor kini menantikan laporan non-farm payrolls AS pada Jumat mendatang. Survei Reuters memperkirakan tambahan 160.000 pekerjaan pada Desember, lebih rendah dari 227.000 pekerjaan yang tercipta pada November.
“Kesehatan pasar tenaga kerja AS sangat penting untuk ekspektasi terhadap tindakan Federal Reserve tahun ini, jadi kemungkinan besar pasar valuta asing akan lebih tenang hingga Jumat pagi,” kata Helen Given, trader FX di Monex USA, Washington.