STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat terhadap yen Jepang dan franc Swiss pada penutupan perdagangan Jumat (20/6/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (21/6/2025) WIB. Penguatan ini terjadi setelah Iran menyatakan siap melanjutkan pembicaraan dengan Eropa terkait konflik dengan Israel.
Mengutip CNBC International, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, mengatakan Teheran mendukung pembicaraan lebih lanjut dengan Jerman, Prancis, Inggris, dan Uni Eropa. Ia juga menyebut Iran siap untuk bertemu kembali dalam waktu dekat setelah pertemuan di Jenewa.
Ketegangan antara Iran dan Israel yang berlangsung lebih dari seminggu membuat pelaku pasar waspada. Namun, sikap Iran yang terbuka untuk dialog memberikan sedikit angin segar. Dolar AS pun sempat melonjak ke level tertinggi dalam tiga pekan terhadap yen yang dikenal sebagai aset aman.
Dolar indeks, yang mengukur kinerja dolar terhadap enam mata uang utama termasuk euro, yen, dan franc Swiss, tercatat naik 0,6% dalam sepekan. Meski begitu, indeks tidak berubah pada perdagangan harian karena komentar dovish dari pejabat bank sentral AS.
Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller, menyampaikan bahwa pemangkasan suku bunga bisa dimulai pada Juli. “Pasar sudah memperkirakan dua kali pemangkasan suku bunga. Pernyataan dari Waller hanya mengonfirmasi pemangkasan bisa lebih cepat,” kata Joseph Trevisani, analis senior di FX Street.
Sementara itu, Gedung Putih menyatakan Presiden Donald Trump akan memutuskan dalam dua minggu ke depan apakah AS akan ikut campur dalam konflik Israel-Iran. Keputusan itu membantu menenangkan kekhawatiran investor terhadap kemungkinan serangan AS dalam waktu dekat.
Harga minyak Brent yang turun lebih dari 2% ke kisaran US$77 per barel juga ikut memengaruhi nilai tukar. Penurunan ini mendukung penguatan mata uang negara pengimpor minyak seperti euro dan yen.
Euro tercatat naik 0,3% ke US$1,1534. Sebaliknya, yen turun 0,29% menjadi 145,88 per dolar AS.
Franc Swiss cenderung datar di level 0,8166 per dolar, namun tercatat mengalami penurunan mingguan terbesar sejak pertengahan April. Hal ini terjadi setelah bank sentral Swiss menurunkan suku bunga ke 0%.
Sementara itu, krone Norwegia melemah lebih dari 2% terhadap dolar sepanjang pekan ini. Investor terkejut dengan keputusan Norges Bank yang memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin secara tak terduga.
Mata uang yang sensitif terhadap sentimen risiko seperti dolar Australia dan Selandia Baru turun 0,3% terhadap dolar AS. Yuan China stagnan di level 7,1820 setelah bank sentral setempat mempertahankan suku bunga acuannya.
Pound sterling juga bergerak datar di level US$1,3471, setelah sempat menguat. Data penjualan ritel Inggris menunjukkan penurunan tajam pada Mei, yang menjadi pelemahan terdalam sejak Desember 2023.
“Pasar saat ini sedang berada dalam fase penyesuaian posisi,” ujar Marc Chandler, Kepala Strategi Pasar di Bannockburn Global Forex.