STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS menguat tajam pada penutupan perdagangan Selasa (17/12/2024) waktu setempat atau Rabu pagi (18/12/2024) WIB. Ini dipicu oleh data penjualan ritel AS yang melebihi ekspektasi pasar. Angka ini memperlihatkan bahwa ekonomi AS masih menunjukkan kekuatan yang signifikan.
Mengutip CNBC International, penjualan ritel AS di bulan November tercatat melonjak 0,7%, jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Kenaikan ini terutama didorong oleh pembelian kendaraan bermotor yang meningkat dan lonjakan belanja online.
Meskipun dolar AS menguat, pasar tetap memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada rapat kebijakan yang berakhir Rabu ini. Berdasarkan alat FedWatch dari CME, peluang pemangkasan suku bunga diperkirakan mencapai 95%.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama, naik 0,1% menjadi 106,98. Bahkan, pada sesi sebelumnya, indeks dolar sempat menyentuh level tertinggi di 107,08.
Sementara itu, dolar AS hampir tidak bergerak terhadap franc Swiss, bertahan di level 0,8928, setelah sebelumnya sempat mendekati level tertinggi sejak Juli. Di sisi lain, euro melemah 0,2% menjadi US$1,0488.
“Pasar kini mempertimbangkan apakah dolar akan terus menguat atau saatnya untuk melemah setelah lonjakan luar biasa tahun ini,” kata Marvin Loh, kepala strategi pasar global di State Street, Boston.
Loh menambahkan, meskipun dolar AS kuat, tantangan dari pasar negara berkembang dan pasar maju membuat dolar tetap dianggap sebagai aset yang aman. “The Fed kemungkinan tidak akan se-dovish seperti pada September lalu,” ujarnya.
Poundsterling justru menguat terhadap dolar setelah data menunjukkan pertumbuhan upah di Inggris lebih tinggi dari yang diperkirakan. Poundsterling naik 0,2% menjadi US$1,2704.
Di sisi lain, yen Jepang juga menguat terhadap dolar, seiring dengan perkiraan pasar yang melihat kecil kemungkinan kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan minggu ini. Yen menguat 0,38% menjadi 153,56 per dolar.
Namun, dolar sedikit melemah terhadap yuan Tiongkok, turun 0,01% menjadi 7,2874, terkait dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat. Imbal hasil obligasi 10 tahun Tiongkok pun masih berada di level terendah sepanjang masa.
Dolar Australia juga melemah 0,55% menjadi US$0,6335, sementara krona Swedia turun 0,7% menjadi 10,9659 terhadap dolar. Krone Norwegia pun turun 0,44% menjadi 11,2041.
Minggu ini, Riksbank Swedia diperkirakan akan memangkas suku bunga, sementara Norges Bank diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap.