Jumat, November 28, 2025
28.4 C
Jakarta

Dolar AS Menguat Usai Trump Redakan Ketegangan Dagang dengan China

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat terhadap sejumlah mata uang utama pada perdagangan Senin (13/10/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (14/10/2025) WIB. Penguatan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump melunak dalam ucapannya soal ketegangan dagang dengan China, yang sempat mengguncang pasar akhir pekan lalu.

Mengutip CNBC International, indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama, naik 0,31% ke level 99,29. Kenaikan ini menghapus pelemahan yang terjadi pekan sebelumnya setelah Trump mengumumkan rencana pengenaan tarif impor 100% terhadap produk China.

Langkah Trump sempat menghidupkan kembali kekhawatiran investor terhadap memori kelam “Liberation Day” pada April lalu, saat kebijakan tarif besar-besaran memicu aksi jual besar di pasar saham dan kripto.

“Ini seperti pengulangan dari apa yang terjadi setelah Liberation Day,” kata Eugene Epstein, Kepala Perdagangan dan Produk Terstruktur di Moneycorp, New Jersey.

Menurutnya, biasanya dolar AS menguat ketika pasar dalam kondisi tidak pasti atau penuh tekanan. “Namun saat ketegangan dagang antara AS dan mitra dagangnya, seperti China, meningkat, investor justru menjual dolar AS,” ujarnya.

Dolar juga menguat 0,80% terhadap franc Swiss ke level 0,804, setelah sebelumnya sempat melemah pada sesi sebelumnya.

Setelah sempat membuat pasar gelisah dengan ancaman tarif besar, Trump mencoba meredakan situasi lewat unggahannya di media sosial Truth Social. “Jangan khawatir soal China, semuanya akan baik-baik saja! Presiden Xi yang sangat dihormati hanya mengalami momen buruk. Dia tidak ingin resesi untuk negaranya, begitu juga saya. Amerika Serikat ingin membantu China, bukan menyakitinya!!!” tulis Trump.

Pernyataan tersebut membantu menenangkan pasar dan mendorong investor kembali ke aset berisiko, meski sebagian pelaku pasar tetap berhati-hati.

Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga menambahkan keyakinan pasar dengan mengatakan ia optimistis kebuntuan dagang bisa “diredakan.” Pernyataan ini ikut menahan sebagian penguatan dolar.

“Saya masih percaya di antara mata uang negara maju, dolar AS tetap menjadi aset safe haven utama, bersama franc Swiss,” ujar Epstein. Ia menambahkan, “Pekan lalu orang menjual dolar karena ketegangan meningkat. Sekarang, ketika tensinya mereda, tren itu berbalik.”

Sementara itu, euro turun 0,46% ke posisi US$1,1565, melemah setelah sempat menguat pada sesi sebelumnya. Penurunan ini terjadi meski Eropa relatif stabil pascapengumuman kabinet baru oleh Perdana Menteri Prancis Sebastien Lecornu, dengan Roland Lescure tetap menjabat Menteri Keuangan.

Terhadap yen Jepang, dolar menguat 0,77% ke 152,31, di tengah volume perdagangan yang tipis akibat libur nasional di Jepang. Yen dan franc Swiss — yang dikenal sebagai mata uang pendanaan — menjadi yang paling tertekan pada sesi perdagangan tersebut.

Di sisi lain, dolar Australia justru naik 0,71% ke US$0,615, menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terbaik hari itu karena sentimen pasar mulai beralih ke aset berisiko.

Sedangkan pound sterling Inggris melemah 0,21% ke US$1,333, dan dolar AS turun tipis 0,13% terhadap yuan offshore China di level 7,1372.

Penguatan dolar kali ini menunjukkan reaksi cepat pasar terhadap perubahan nada dari Gedung Putih, di mana pelonggaran retorika dagang mampu mengembalikan kepercayaan investor setelah gejolak besar akhir pekan lalu.

- Advertisement -

Artikel Terkait

Andalkan Proyek Pemerintah dan Bisnis Modular, WEGE Bidik Kontrak Baru Rp3 Triliun Tahun Depan

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) — Kondisi ekonomi yang menantang tidak menyurutkan...

Chandra Asri Raih Pembiayaan US$750 Juta Buat Akuisisi SPBU ExxonMobil di Singapura

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Chandra Asia Pacific Tbk (TPIA) ...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru